Jumat, 13 April 2012

Perang Tanjung Jati 1 & 2

Dalam perang Tanjung Jati (Limau Gandaran) Pangeran Demung Ralang dan rakyat Tanjung Jati ditumpas oleh suatu pemberontakan yg dipimpin oleh Raden Temenggung Tua, permaisuri dan seorang anaknya yang masih kecil lari dikejar oleh kaum pemberontak menuju sungai, sesampainya disana diletakan di atas rakit sedangkan permaisuri bersembunyi di bawah, akhirnya hilang/mati entah dimana mayatnya. Tak berapa lama dari itu datanglah Bajau Sakti (Raja Junggut) beserta rombongannya mendapati anak tersebut, dan selanjutnya anak itu dibawa oleh Bajau itu ke daerah Lampung sekarang (Kenali Pesasgi) anak tersebut bernama Sang Aji Malihi dan di besarkan bersama adik angkatnya Bulan (Putri) dari Bajau Sakti tersebut.
Selama hidup disana beliau hanya mengetahui bahwa dirinya adalah anak kandung dari Bajau Sakti, setelah dewasa beliau menjadi sakti pula dan sebagai kepala Bajau menggantikan ayah angkatnya. Pada suatu ketika beliau ada dikenali (pesagi) datang seorang menemui beliau yang mengenali dirinya, orang tersebut menceritakan bahwa keluarga Raha Haji Sakti telah di tumpas oleh suatu pemberontakan lagi yg di pimpin oleh Tumenggung Muda beserta adik-adiknaya, dirinya adalah Putra Pangeran Demung Ralang dahulu yg dibawa selagi kecil dilampung (kenali/pesagi). Dengan serta merta beliau pulang menemui Bajau Sakti untuk menanyakan siapa sebenarnya dia. Takut akan kehilangan anak, hal itu tidak diceritakan Bajau Sakti malahkan ditegaskan bahwa beliau anak kandung sendiri. Setelah berkali-kali Sang Aji Malihi menanyakan barulah di ceritakan asal usul beliau. Sang Aji Malihi bersikeras untuk pergi ke Haji Sakti (Aji Sai) untuk menumpas para pemberontak. Dengan rasa sedih dan penuh rasa kasih sayang Bajau Sakti dan putrinya Bulan merestui kepergian beliau, kemudian Sang Aji Malihi tidak kembali lagi karna menjadi Raja di Haji (Saka Aji). Dalam rangka mengenang kakak yang di kasihi, maka suami bulan di juluki dengan nama Sang Aji (Seng Aji), yg menjadi cikal bakal dari Buay Bulan di daerah lampung. Sang Aji Malihi sesampainya di Tanjung Jati (Saka Aji) maka didaratnya membuat pondok /benteng dengan kesaktian beliau memotong/membelah banbu dengan tangan saja. Para pemberontak yang meyakini bahwa orang-orang Tanjung Jati telah musnah semua, merasa heran mendengar masih ada orang di daratan itu. Lalu dikirim utusan untuk menyelidiki siapa yang masih ada disana. Utusan melaporkan bahwa ada orang yang sakti di daratan itu, mendengar ini para pemberontak mengirim pasukan untuk menumpasnya. Seorang tua yg pernah ikut dalam perang Tanjung Jati 1 (Limau Gandaran) menasehati Raden Tumenggung cs, supaya jangan melakukan penyerbuan karna orang tua tersebut mengetahui bahwa yang ada didarat itu adalah Sang Aji Malihi yg sakti datang dari daerah Lampung (kenali/pesagi). Raden Tumenggung cs tidak memperdulikan nasehat itu, berkali-kali pasukan naik kedaratan benteng, namun semua pasukan itu kembali jatuh kebawah dalam keadaan bungkok (sesak napas), akhirnya orang tua tersebut menesehati lebih baik mengirim utusan untuk perdamaian. Dalam perdamaian itu dilakukan persumpahan sambil Sang Aji Malihi membelah sebuah batu dengan berkata, bahwa bila batu ini tertangkup kembali, barulah Temunggung cs, harus menjadi hamba untuk memayungi Pangeran Aji Malihi serta keluarga kemanapun pergi dan tidak di perkenankan memakai baju seumur hidup.
Akhirnya Raden Tumenggung beserta adik-adiknya lari ke lampung.
Keturunan mereka yg tinggal di Tanjung Jati berangsur-angsur habis karena melanggar sumpah. Orang tua tersebut bernama Jemperung (tua) atau di juluki Puyang yg selama hidupnya menjadi penasehat Raja Haji (Saka Aji)

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
Template by : kendhin x-template.blogspot.com