Selasa, 07 Juni 2011

Pendiskriditan dan ekspedisi

Diperintahkannya Sang Hiang Rakian Sakti berekspedisi ke Aceh oleh Prabu Wikrama Wardhana pada hakekatnya untuk mendeskreditkan beliau. Sebelumnya terlebih dahulu Patih Anom (Sulah /naga berisang) dan putri Sidarah Putih diperintahkan oleh Prabu Wikrama wardana menjalankan ekspedisi itu karena Sang Hiang Rakian Sakti waktu itu tidak bersedia. Tujuan mendeskreditkan Sang Hiang Rakian Sakti karna beliau seorang mubaliq Islam dan dilahirkan secara gaib yg diramalkan bahwa beliau bakal merongrong Prabu Wikrama Wardana/agama Hindu. Dgn di berikan tahta pada Suhia, maka terjadilah perang Paregreg yg di lakukan oleh Wira Bumi, bapak dari ibunda Sang Hiang Rakian Sakti, istri dari Hiang Wekas Ing Suha (Hiang Jagad Prabu). Tak heran jika wira bumi menyerang Kraton Majapahit, apabila tahta majapahit diambil alih Wikrama wardana dari istrinya Ratu Kusuma Wardani. Kemudian hari Ratu Suhita sangat menyesalkan peristiwa itu sehingga demi untuk kerakatan kembali keluarga Prabu Majapahit, maka ratu suhita membunuh Patih Raden Gajah dengan alasan telah membunuh Wira Bumi. Kepergian Sang Hiang Rakian Sakti dari Majapahit ke Aji Sai di kenal rakyat singut (ngambek) karena tahta diambil Ratu Suhita. Sebenarnya situasi itu merupakan kesempatan Sang Hiang Rakian Sakti untuk kembali mendirikan kerajaan Saka dgn nama Aji Sai dalam rangka penurunan kembali Hukum Inti Ketuhanan (Falsafah Jaya Sempurna). Ekspedisi Naga Berisang dan putri Si Darah Putih tahun 1422 ditengah lautan dihantam ombak sehingga armadanya terdampar dipantai selatan Lampung sekarang, diantaranya beliau mengusai daerah Haji (seragi) di lampung selatan. Terberitalah di majapahit bahwa ekspedisi Naga Berisang dan putri Si Darah Putih tidak berhasil maka diperintahkan untuk kedua kalinya Sang Hiang Rakian Sakti untuk berekspedisi keaceh tahun 1425 sesampainya disana atas kebijakan beliau tidaklah terjadi suatu pertempuran, malahan Raja Aceh menganugrahkan Sang Hiang Rakian Sakti seorang Hulu Balang yg tangguh bernama Ratu Aceh. Sepanjang perjalanan pergi menuju Sungai Saka (komering sekarang) beliau mendapatkan Hulu Balang dari daerah yg di lalui di pantai Sumatra, beberapa Hulu balang lagi selain hulu balang yg dibawa dari majapahit. Beliau bersama pengikut-pengikutnya masuk kewilayah Sumatra bagian selatan menyebar yg dipimpin oleh Hulu Balang masing2 menelusuri sungai2 dalam rangka menduduki daerah2 yg bersangkutan, sehingga sekarang daerah sumatra bagian selatan di sebut Haji Batang Hari Sembilan antara lain Haji ogan, Haji lematang, Haji musi dan lain-lain. HULUBALANG SANG HIANG RAKIAN SAKTI 1. Iskandar Alamsyah Siguntang 2. Bagus Kuning /Raden Kuning Palembang 3. Sapu Rantau di Saka Tiga 4. Si Tunggang Abang di Mara Bahala Martapura 5. Raden Keling di Putaran Tasik Danau Ranau 6. Komering Raja Ngaruntak di Muara Selabung (muaradua sekarang) 7. Ratu Aceh di Daerah Buay Haji (pusat haji sakti) 8. Macan Begerom di Matahari (Muara sungsang) 9. Macan Putih di Bulan (kenali/persagi) 10. Macan Ulung di Hulu sungai (pugung) 11. Jugul Matari di bumi lengang(pemetung sengang) 12. Raden Selinggang di Jaga Mendung (puncak seminung) Selain Hulubalang2 tersebut di dalam pemerintahan beliau di bantu oleh seorang Patih berjuluk PATIH SEWATANG dan PANGLIMA KERAJAAN AJI SAI RATU ACEH. Pada suatu ketika Naga Berisang di Haji Seragi Lampung mendengar berita bahwa ada seorang Raja Haji (Haji sakti/Prabu surya negara) di sebelah sungai Saka (komering sekarang). Mendengar itu Naga Berisang beserta rombongan pergi menuju Haji Sakti yg mana rombongan beliau menetap untuk sementara di daerah Krui (pugung), sedang beliau sendiri pergi ke Haji Sakti yg kebetulan bertemu dengan Sang Hiang Rakian Sakti di Pugung Penengahan beliau di kenal di Danau Ranau dengan Naga Putih. Kedua beliau berdialog mengaku bahwa dirinya Sulah (naga berisang) dan dialah yg dulu menduduki daerah Haji (seragi) dan menghendaki Sang Hiang Rakian Sakti takluk kepadanya. Sang Hiang Rakian Sakti mengaku bahwa dialah yg dahulu turun di Haji (saka) dari alam gaib, yg hakekatnya mendirikan hukum dan menjadi Raja di Haji Sakti, beliau mengaku seorang Guru (penurun Hukum) dan minta supaya Naga Berisang takluk padanya. Dalam hal ini Sang Hiang Rakian Sakti membuktikan dirinya bahwa dialah yg lebih dahulu turun membawa hukum, dengan mempersilakan menyelami dasar Danau Ranau untuk membuktikannya. Sesampainya Naga Berisang di dasar danau ranau di suatu tempat /pondok beliau dengan heran menemui seseorang yg mirip sekali dengan Sang Hiang Rakian Sakti yg ada di tepi Danau Ranau, dengan demikian mengakulah Naga Berisang bahwa sebenarnya yg dahulu menurunkan hukum adalah Sang Hiang Rakian Sakti pada hakekatnya yg beliau lihat di dasar Danau Ranau adalah Aji Saka dahulu yg menjelma /menitis kembali sebagai Sang Hiang Rakian Sakti. Kemudian harinya di tempat persumpahan (pertanda) Sang Hiang Rakian Sakti akan menjelma/menitis kembali akan menurunkan HUKUM leluhur adalah di saka aji (tanjung jati) dengan kejadian, sewaktu beliau telah merasa akan kembali kealam gaib/Danau Ranau, beliau menghilang hanya berpesan kepada anak-anaknya bila dirinya tidak kembali carilah di dasar Danau Ranau. Sesampainya rombongan yg diantaranya Sulah/Naga berisang mereka melihat didasar Danau Ranau ada cahaya yg menyorot kearah permukaan Danau Ranau laksana Matahari yp sinarnya khusus tertuju pada rombongan. Satu persatu anggota rombongan menyelami dasar danau, tetapi tidak sampai, akhirnya Naga Berisang sendiri yg menyelami dan didapatilah suatu benda yg sengaja diletakan disitu oleh kesaktian Sang Hiang Rakian Sakti. Benda tersebut adalah Kayu Cendana yg kemudian ditanam sebagai ciri/tanda (makam) dari Sang Hiang Rakian Sakti di Saka Aji. Cendana Sakti itu tak obahnya pertanda/persumpahan beliau dahulu sebagai Aji Saka/Si Pahit Lidah, bahwa akan menjelma menitis kembali seperti dari persumpahan di bawah pohon majapahit menjelang sebelum beliau kembali kealam gaib (didasar Danau Ranau) yg ternyata penjelmaan beliau itu tepat di suatu kerajaan Majapahit. Dengan sengaja malahan secara khusus beliau meninggalkan kayu cendana (sakti) itu didasar Danau Ranau mempunyai makna, supaya keturunan beliau senantiasa ingat kepadaNya antara lain bahwa beliau Raja Penurun H.I.K akan turun kembali atau dipusakakan lagi. Jadi tidaklah heran bila keturunan beliau di desa Tanjung Raya/Sukarami (Saka Aji) kena kutuk karena pernah mengobrak abrik makamnya serta mengambil cendana itu untuk di kuasai /dimiliki. Secara langsung masyarakat Sukarami ini diserang wabah kurap dan disponsornya di Desa Tanjung Raya mengalami penyakit yg hampir tidak terobati bertahun. Akhirnya karena kewalahan dalam pengobatan kayu cendana sakti itu di kembalikan pada tempatnya. Makam (bukan ciri) dari Sang Hiang Rakian Sakti/Prabu Pangeran Surya Negara ada di Wanacala Cerebon Jawa Barat. Di cerebon sahabat beliau Rama Buyut di Lema

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
Template by : kendhin x-template.blogspot.com