Jumat, 10 Juni 2011

Raja Aji Sai

Dalam rangka operasi penguasaan wilayah Aji Sai (Haji Batang hari 9) 1425 Sang Hiang Rakian Sakti pribadi bergerak sendiri tanpa pasukan kerajaan dibawah pimpinan Bala 12. Hulubalang menyebar keseluruh wilayah Aji Sai. Beroperasi sendiri tersebut beliau mengandalkan pada kesaktian dan lain2, antaranya berdiplomasi/tipu muslihat dan sebagainya langsung menghadapi berbagai kepala Negeri, diantaranya terhadap suku Semendo (kisam), Ranau, Abung, dan Tulung Aman(daya). Terhadap Suku Kisam dan Ranau karna membandel tidak bisa diberikan pengertian sampai2 kepala negeri yg bersangkutan dipencet kepalanya sehingga gepeng dan yg lainnya ditempeleng dan dilempar ke Danau Ranau akibatnya kepala (papak/dempah) di belakang. Mengingat beliau adalah seorang Aulia (sakti) yakni titisan dari Nabi Khaidir As (Aji Saka), maka perbuatan beliau itu berbekas, sehingga sekarang malahan semua keturunan beliau khususnya dan rakyat buay haji umumnya mempunyai tanda di tangan seperti halnya Nabi Khaidir As, yakni berupa jari telunjuk miring kekanan dan bengkok (menjurus kekanan juga) sebaliknya tangan kiri. Bukankah Nabi Khaidir As dapat di kenal antara lain jari jempol tangan kanannya, bahwa bila bersalaman seakan-akan menekan kapas saja seperti tidak bertulang. Tanda lainnya terlihat oleh orang gaib (dukun/kebathinan) di badan orang bersangkutan. Bukti lainnya terutama keturunan dari Raja Pangeran Jaya Negara bahwa bila yg bersangkutan setidak-tidaknya dapat menggerakan meriam Pangeran Jaya Negara di Pugung Penengahan (Krui) dan bila menduduki kursi singga sana Kerajaan Aji Sai bernama Teras Jelatang di Pagar Uyung tidak terasa apa2, sebaliknya bila org lain yg bukan keturunan yg menduduki kursi tersebut seakan-akan mereka merasa disengat oleh bulu/duri jelatang. Kursi singgasana kerajaan tersebut hingga masa Jepang tempo hari masih ada dirumah Gadang Batu Sangkar Minang Kabau. Sebab apa kursi singgasana itu berada disana, hal ini disebabkan pada masa Bundo Kandung beliau ini mengaku Raja Adat dan akan membentuk adat di Minang Kabau, maka terdengarlah oleh Raja Aji Sai yakni Pangeran Pulun Prabu Muda (1571). Beliau datang ke Pagaruyung menuntut hak sebagai Raja Adat (hukum) malahan menuntut daerahnya. Beliau menuntut itu mengingat bahwa wilayah itu dahulunya adalah daerah Majapahit sedangkan Raja yg berhak atas mahkota Majapahit setelah Prabu Wikrama Wardana adalah Sang Hiang Rakian Sakti. Sesuai dengan watak Raja-raja pada waktu itu tidak mau mengakui hak demikian, begitu juga Bundo Kandung, malahan beliau meminta waktu pada Prabu Muda jika benar2 beliau Raja Haji, supaya membawa kursi singgasana kerajaan. Untuk menaklukan perasaan/sikap Bundo Kandung maka dgn kesaktian Prabu Muda lenyap seketika dan beberapa saat kemudian muncul membawa kursi singgasana tersebut. Sungguh pun Prabu Muda dapat membuktikan hal itu namun Bundo Kandung tidak bersedia takluk pada Prabu Muda. Prabu Muda sebagai Raja yang bijaksana apalagi dalam menghadapi seorang wanita, ketidak ada pengakuan Bundo Kandung itu beliau terima, malahan terjadilah perdamaian antara kedua belah pihak. Selanjutnya Bundo Kandung antara lain dgn nasehat /petunjuk dari Prabu Muda tersebut terbentuk adat minang kabau yg berlandaskan falsapah Jaya Sempurna (pri kasih sayang) yg mana oleh orang minang adat itu di mottokan "Tak Lekang dipanas tak Lapuk di hujan". Apakah hukum adat orang minang secara keseluruhannya, sesuai atau tidak dengan landasan hukum dimaksud diatas, itu adalah variasi khas minang(penjabaran). Sejak tahun 1484 Haji sakti bertakluk pada ke diri /Demak yg mana Raja Aji Sai duduk sebagai wakil raja (Patih/Sinopati). Sejak itu daerahnya di namai Jaya Abadi diambil dari nama Falsafah Jaya Sempurna (Hukum Leluhur). Wilayah meliputi Haji Batang Hari Sembilan (sumatra bagian selatan) kecuali daerah pesisir Jambi dan Palembang (Musi dan banyu Asin) yg masih dikuasai Malaka/Cina. Setelah terjadi kekacauan di Demak, maka putuslah hubungan Jaya Abadi dengan Demak sehingga kira2 tahun 1535 jaya abadi (Aji Sai) merdeka kembali di bawah Pangeran Pulun (Prabu Tua).

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
Template by : kendhin x-template.blogspot.com