Jumat, 01 Juli 2011

Petala Gantung

Pada waktu Sulah/Naga Berisang (Patih Anom) akan pergi ke aji sai beliau berpesan pada adik angkatnya putri Sidarah Putih bahwa bila sepeninggalnya di Haji Seragi ada sesuatu huru hara dan sebagainya panggilah ia dengan memukul Gamelan (gong). Pada suatu kita timbul huru-hara di Haji Seragi, mak Putri Si Darah Putih pergi menuju Aji Sai menyelusuri sungai Saka (komering sekarang). Sesampainyd di Muara Selabung , sungai itu bercabang dua maka ragu2 lah beliau jalan mana yang harus di tempuh. Dengan suatu kemujizatannya menimbang sedikit kedua air tersebut, bahwa mana yg berat disitulah jalan menuju tempat Sulah atau daerah Aji Sai, akhirnya masuk beliau melalui way selabung sekarang. Menurut setengah riwayat Putri si Darah Putih diantar ke Aji sai oleh Panglima Si Kuncet Besi. Putri si darah putih adalah adik angkat Sang Hiang Rakian Sakti, kemungkinan besar adalah saudara Rakian Sakti. Sesampainya di Petala Gantung gamelan itu di tabuh maka terdengarlah oleh Sulah yg pada waktu itu berada di Persagi bersama Sang Hiang Rakian Sakti, mendengar bunyi gamelan (panggilan) maka Sulah dan Sang Hiang Rakian Sakti pergi menjemput Putri Si Darah Putih, selanjutnya beliau2 ini tinggal bersama -sama di Pusat Aji Sai yg mana Putri Si Darah Putih menetap di sekitar Sumur Pusaka yg kemudian dinamai Sumur Putri tempat beliau mandi. Kemudian hari setelah Putri Si Darah Putih pergi dari Aji Sai menyusul Sang Hiang Rakian Sakti pergi ke pulau Jawa beliau meninggalkan seorang anak Buay Sedatu namanya. Selama di daerah Aji Sai beliau mempunyai (pengawal) di juluki KUKUK SINANGKA-NANGKA serta tiga orang anak buahnya. Kemudian hari menyusul kepulau jawa Sulah/Naga Berisang (patih anom) dan Separtung yg meninggalkan anak namanya PANGERAN HUJAN TERIMA SAKTI. Berdasarkan penyelidikan maka semua tokoh2 kerajaan Aji Sai yg pergi dari Aji Sai makam mereka terdapat di Cirebon diantaranya dengan nama sedikit berbeda tetapi maknanya sama antara lain: 1. Sulah/Naga berisang (patih anom) dgn nama Naga Berisang di gunung sari . 2. Putri Si Darah Putih dgn nama Jabang Bayi di Girang. 3. Supartung dgn nama Syekh Magelung Sakti di Karang Kendal . 4. Sangkan di Suka Ham (?) -/+ thn 1650, makanya di Masjid Agung Taqwa dgn nama Embah Kuwu Sungkan. Di sepanjang Way Selabung banyak peninggalan kebudayaan Hindu/Budha yakni dimasa Aji Saka dan sebelumnya. Rakyat sekarang ini mengetahui bahwa peninggalan itu adalah dari Maja Pahit (Sang Hiang Rakian Sakti) padahal beliau ini membawa kebudayaan /penyebar agama Islam. Pernah terjadi sewaktu persumpahan antara orang Abung dengan Sang Hiang Rakian Sakti dimana beliau dengan tongkatnya (ada tanah Haji/Mekah) menunjuk kebumi menyumpahi tanah itu. Tempat persumpahan di namai Tanjung Haji dan tongkat tersebut di tancapkan di sana sebagai tugu yg setiap orang lewat disana di tumpukan batu disekitar tongkat. Terjadinya persumpahan tersebut karena Sang Hiang Rakian Sakti menyatakan wilayah kuasa terutama Pusat Kerajaan Aji Sai adalah tanah Haji, yg maksudnya tanah Aji Saka dimana dahulu beliau menjelma. Karena Suku Abung tidak mengenal siapa sebenarnya Sang Hiang Rakian Sakti maka tanah itu di pertahankan yg kemudian menyuruh Sang Hiang Rakian Sakti menyumpahi jika benar2 tanah itu tanah haji. Mengingat Suku Abung sulit diberi pengertian maka dengan kecerdikannya Sang Hiang Rakian Sakti menghilang dan membawa tanah Haji (Mekah) di dalam tongkatnya, kemudian sumpah dilakukan yg maksudnya "bila tanah ini bukan tanah Haji maka matilah beliau". Pada hakekatnya dalam hati (itikad) Sang Hiang Rakian Sakti yg ditunjukannya itu adalah tanah dalam tongkat tersebut.

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
Template by : kendhin x-template.blogspot.com