Jumat, 13 April 2012

Perang Tanjung Jati 1 & 2

Dalam perang Tanjung Jati (Limau Gandaran) Pangeran Demung Ralang dan rakyat Tanjung Jati ditumpas oleh suatu pemberontakan yg dipimpin oleh Raden Temenggung Tua, permaisuri dan seorang anaknya yang masih kecil lari dikejar oleh kaum pemberontak menuju sungai, sesampainya disana diletakan di atas rakit sedangkan permaisuri bersembunyi di bawah, akhirnya hilang/mati entah dimana mayatnya. Tak berapa lama dari itu datanglah Bajau Sakti (Raja Junggut) beserta rombongannya mendapati anak tersebut, dan selanjutnya anak itu dibawa oleh Bajau itu ke daerah Lampung sekarang (Kenali Pesasgi) anak tersebut bernama Sang Aji Malihi dan di besarkan bersama adik angkatnya Bulan (Putri) dari Bajau Sakti tersebut.
Selama hidup disana beliau hanya mengetahui bahwa dirinya adalah anak kandung dari Bajau Sakti, setelah dewasa beliau menjadi sakti pula dan sebagai kepala Bajau menggantikan ayah angkatnya. Pada suatu ketika beliau ada dikenali (pesagi) datang seorang menemui beliau yang mengenali dirinya, orang tersebut menceritakan bahwa keluarga Raha Haji Sakti telah di tumpas oleh suatu pemberontakan lagi yg di pimpin oleh Tumenggung Muda beserta adik-adiknaya, dirinya adalah Putra Pangeran Demung Ralang dahulu yg dibawa selagi kecil dilampung (kenali/pesagi). Dengan serta merta beliau pulang menemui Bajau Sakti untuk menanyakan siapa sebenarnya dia. Takut akan kehilangan anak, hal itu tidak diceritakan Bajau Sakti malahkan ditegaskan bahwa beliau anak kandung sendiri. Setelah berkali-kali Sang Aji Malihi menanyakan barulah di ceritakan asal usul beliau. Sang Aji Malihi bersikeras untuk pergi ke Haji Sakti (Aji Sai) untuk menumpas para pemberontak. Dengan rasa sedih dan penuh rasa kasih sayang Bajau Sakti dan putrinya Bulan merestui kepergian beliau, kemudian Sang Aji Malihi tidak kembali lagi karna menjadi Raja di Haji (Saka Aji). Dalam rangka mengenang kakak yang di kasihi, maka suami bulan di juluki dengan nama Sang Aji (Seng Aji), yg menjadi cikal bakal dari Buay Bulan di daerah lampung. Sang Aji Malihi sesampainya di Tanjung Jati (Saka Aji) maka didaratnya membuat pondok /benteng dengan kesaktian beliau memotong/membelah banbu dengan tangan saja. Para pemberontak yang meyakini bahwa orang-orang Tanjung Jati telah musnah semua, merasa heran mendengar masih ada orang di daratan itu. Lalu dikirim utusan untuk menyelidiki siapa yang masih ada disana. Utusan melaporkan bahwa ada orang yang sakti di daratan itu, mendengar ini para pemberontak mengirim pasukan untuk menumpasnya. Seorang tua yg pernah ikut dalam perang Tanjung Jati 1 (Limau Gandaran) menasehati Raden Tumenggung cs, supaya jangan melakukan penyerbuan karna orang tua tersebut mengetahui bahwa yang ada didarat itu adalah Sang Aji Malihi yg sakti datang dari daerah Lampung (kenali/pesagi). Raden Tumenggung cs tidak memperdulikan nasehat itu, berkali-kali pasukan naik kedaratan benteng, namun semua pasukan itu kembali jatuh kebawah dalam keadaan bungkok (sesak napas), akhirnya orang tua tersebut menesehati lebih baik mengirim utusan untuk perdamaian. Dalam perdamaian itu dilakukan persumpahan sambil Sang Aji Malihi membelah sebuah batu dengan berkata, bahwa bila batu ini tertangkup kembali, barulah Temunggung cs, harus menjadi hamba untuk memayungi Pangeran Aji Malihi serta keluarga kemanapun pergi dan tidak di perkenankan memakai baju seumur hidup.
Akhirnya Raden Tumenggung beserta adik-adiknya lari ke lampung.
Keturunan mereka yg tinggal di Tanjung Jati berangsur-angsur habis karena melanggar sumpah. Orang tua tersebut bernama Jemperung (tua) atau di juluki Puyang yg selama hidupnya menjadi penasehat Raja Haji (Saka Aji)

Jumat, 16 September 2011

HUKUM LELUHUR / INTI KETUHANAN (FALSAFAH JAYA SEMPURNA) SUMBER HUKUM (SANDARAN MANUSIA)

Motto Indonesia /nusantara adalah SUARA RAKYAT ADALAH SUARA TUHAN dalam hal ini suara rakyat yang bagaimana? Kita sama-sama mengetahui bahwa manusia itu berasal dari Tuhan. Di surga Tuhan menunjukan rasa kasih sayangNya pada Nabi Adam As sehingga beliau merasa sejahtera dan abadi di Surga. Malahan dalam keadaan sunyi dihati, Tuhan telah menganugrahi Nabi Adam As seorang teman hidup didunia dan di Akhirat yaitu Siti Hawa, yang berarti untuk hidup bermasyarakat sekaligus sebagai penyempurnaan kasih sayang Nabi Adam As itu sendiri. Dari sinilah telah digambarkan Tuhan bahwa rasa kasih sayang itu adalah HUKUM untuk hidup bermasyarakat sebagai bekal manusia nantinya (dunia nyata).
Setelah Nabi Adam As kena bujuk rayu iblis (syaithon) sangat mempercayai sumpah iblis DEMI TUHAN padahal iblis telah dikutuk akan masuk neraka selama-lamanya, maka Nabi Adam As dan Siti Hawa tanpa disadari (lupa) telah merusak kasih sayangnya kepada Tuhan Yang Maha Esa akibat dari itu terjadi suatu keajaiban yang tidak di duga oleh Nabi Adam As dan Siti Hawa yaitu secara tidak disadari mereka sangad malu menghadap Tuhan karena mereka Telanjang tanpa memakai pakaian sehelaipun.
Pada hakekatnya rasa kasih sayang adalah Hukum (pakaian) manusia hidup untuk bermasyarakat atau peradaban manusia. Setelah Nabi Adam As dan Siti Hawa diturunkan kebumi dengan terpisah kira-kira 600/1000 tahun, hakekat sebenarnya selama itu suatu ujian Tuhan supaya mereka saling mencari agar bisa hidup bermasyarakat dengan penuh dorongan rasa kasih sayang. Jelas kasih sayang itu adalah hukum maha tinggi dan maha diakui keagungannya yang turun secara langsung dari Tuhan Yang Maha Esa, supaya masyarakat bisa hidup rukun dan damai baik individu maupun bermasyarakat.
Rasa kasih sayang itu adalah hukum inti yg tumbuh dari Tuhan Yang maha Esa (falsafah Jaya Sempurna). Suara rakyat yg tidak bertentangan dengan hukum inti keTuhanan maka dapatlah suara itu (suara murni/ suara rakyat adalah suara Tuhan). Hukum ini diturunkan secara beruntun sampai akhir zaman supaya bisa diterapkan oleh mayarakat banyak. Oleh karna itu hukum tersebut pada hakekatnya suatu rantai yg tiada putusnya yang dipandang dari segi keTuhanan itu sendiri berlambangkan Matahari dan Bulan yg sinarnya menyorot ke bumi seakan menurunkan hukum /cahaya (nur illahi) dari zaman ke zaman.
Hukum tersebut turun dari Tuhan Yang Maha Esa melalui Nabi Adam As ke dunia/bumi yang dipijak oleh manusia dan tempat manusia mencari nafkah serta hidup dalam keadan adil dan bijaksana . Seperti halnya bumi yg kita pijak sekarang ini berada di tengah-tengah atau tidak diatas dan tidak di bawah kecuali kulit bumi dan dalam bumi (meninggal dunia), jadi didalam permusyawaratan tidak ada istilah kaum yg lemah dan kaum yg kuat dengan bentuk apapun sesuai dengan prikemanusiaan dan Prikeadilan.
Setiap manusia mempunyai hak yg sama dengan manusia yg lainnya yg hakiki, tidak mempunyai sistem kekuasaan kecuali pemerintahan.
Jiwa dari hukum tersebut adalah segala tindakan harus bersifat adil dan bijaksana sesuai dengan hukum-hukum keTuhanan yg berlaku, sangat dianjurkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, manusia yg ada dimuka bumi ini harus mempunyai sifat/prilaku yg istimewa atau setiap ada suatu permasalahan itu harus di adakan musyawarah guna untuk mencapai suatu mufakat. Apabila itu sudah terwujud maka hukum keTuhanan itu berarti sangat berarti bagi manusia hidup bermasyarakat. Dalam penguraian inti Ketuhanan ini (falsafah jaya sempurna) yg terjadi atas tiga unsur, jika diterapkan dalam suatu negara menjadi 5 (lima) unsur yg penjelasannya atau penjabarannya adalah sebagai berikut
1. Ketuhanan yang maha esa, dengan wajib menjalankan syariat Agamanya masing-masing
A. Agama adalah keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa oleh karna itu dalam unsur diatas ditegaskan "wajib menjalankan syareat agamg" agar yang bersangkutan harus menganut kepercayaan sesuai dengan keyakinannya sendiri.
B. Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada hakekatnya adalah agama karena setiap ada Tuhannya adalah hukum.
C. Agama (hukum) yg tidak berkeyakinan teriadap Tuhan Yang Maha Esa adalah bukan agama (hukum yg benar).
D. Penganut suatu kepercayaan pada hakekanya adalah keyakinan terhadap suatu roh / kramat, batu, gunung dan sebagainya yg tertentu bentuknya dan dianggap ada manfa'atnya / kesaktian yg bisa menolong dalam kehidupan, agar tercagainya suatu keagungan dan kesejahteraan.
2. Pri kemanusiaan yang hakiki (prikasih sayang). Asas dan hukum dasar
A. Setiap manusia mempunyai hak yg sama dengan manusia yg lainnya dan tidak ada yang merasa lebih kuat atau lemah dan mempunyai derajat yang sama.
B. Bersifat adil dan tidak mempunyai sifat yg memaksa suatu kehendak pada orang lain (Intimidasi) dan mengdiskreditkan langsung maupun tidak langsung.
C. Tidak pernah berniat untuk menyakiti bathin seseorang baik langsung maupun tidak langsung.
D. Tidak pernah untuk berusaha merangsang seseorang dalam segi apapun, apalagi seseorang tersebut mampu untuk mengatasi rangsangan tersebut (berpikir negatif).
E. Mempunyai sifat hakiki yang kuat, untuk mengatasi semua permasalahan supaya tercipta suatu ke indahan sendiri dan tercapailah suatu perdamaian yang sangad harmonis, maka dari itu terlaksanalah hukum inti keTuhanan tersebut sesuai dengan anjuran Tuhan Yang Maha Esa, atau mempunyai pikiran yang luas.
3. Kedaulatan rakyat yang adil (mupakat untuk menanggulangi dengan hikmah permusyawaratan dalam perwakilan yang adil)
A. Hakekat bermusyawarah untuk mencari kesepakatan atau mufakat, yang utama hikmahnya diambil suatu kesimpulan sesuai dengan musyawarah tersebut.
B. Manusia mempunyai hak yang sama dengan manusia yang lain harus mempunyai suatu tali kasih sayang tersendiri dan tidak membedakan satu dengan yang lainnya.
Hak dalam pengeluaran pendapat serta mendapat suatu perhatian dengan pendapat yang lain, dan harus menghargai pendapat orang lain dan juga menghormati keputusan yang telah di capai (mufakat).
C. Dalam suatu permusyawarahan harus di konsulidasikan setiap pendapat orang lain lalu ambil titik tengah atau kesimpulan berdasarkan musyawarah guna untuk mencapai titik tumpunya ataupun persetujuan dari semua pihak.
D. Hikmah dari permusyawaratan suatu keputusan yg diterima semua peserta dengan rela dan ikhlas, tidak mempunyai kesan yang tidak diinginkan oleh para sidang yang ada baik secara langsung maupun tidak langsung (bersiasat), yang berarti musyawarah dalam perwakilan yang adil.

E. Dalam hal ini golongan atau mempunyai wakil yang sama banyaknya dan bukan membina / mencari pendukung dan kekuatan (anggota / saudara) dalam permusyawaratan. Jadi tidak bebas untuk membina kekuatan menurut sistem Liberal atau peninjukan sistem Totaliter/komunis. Motto bangga Indonesia "cari kebenaran (hukum) dan jangan mencari pendukung atau kemenangan" jika dalam permusyawaratan, itu berarti cari Resolusi dan sebagainya yg terlebih dahulu ada kepastian kebenarannya berturut-turut sesuai dengan hukum dasar, undang-undang dasar dan lain-lainya, barulah cari pendukung atau suara. Jadi dengan cara ini tidak ada alasan bagi siapa saja untuk harus mendesak mempertahankan sesuatu dengan dorongan oleh sifat-sifat Iblis (egois).
F. Hak yang sama tidak ada yang kuat dan yang lemah semuanya mempunyai derajat yang sama bukan saja dalam permusyawaratan juga harus sama (adil) dan sebagainya, dalam arti tidak memonopoli seperti sistem totoliter / komunis.
G. Perwakilan dalam permusyawaratan adil atau hak yang sama tidak ada kuat maupun yang lemah dan mempunyai derajat yang sama, bila kata perwakilan dijelaskan dengan kata adil. Jika tidak bertentangan dengan prikeadilan hakiki dan kata perwakilan dan secara kebetulan misalnya suatu badan mempunyai hak suara/anggota lebih banyak dengan yang lain (liberal/totoliter) maka kata perwakilan tanpa ada kata peradilan, itu dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk menentukan suatu yang di kehendaki seseorang tersebut, maka yang bersangkutan dapat menarik negara ke negara yang menganut sistem pemerintahan diktator / negara prolotarisme atau negara hanya ada satu partai saja dan lain-lain, karena yang diputuskan dalam permusyawaratan dengan sistem libralisme.
4. Kerukunan dan damai menuju adil, makmur dan sejahtera zhohir dan bathin
A. Tujuan hidup manusia adalah kerukunan dan damai, sesuai amanah Tuhan Yang Maha Esa bahwa manusia harus mengabdi pada sesama manusia. Efeknya bila terlaksana dengan baik berarti pengabdian pada Tuhan Yang Maha Esa, maha pencipta smesta alam (manusia dan hukum/pakaian batin). Tujuan hidup itu bukan ditekankan pada soal duniawi semata-mata (kesejahteraan zhohir).
B. Untuk mencapai suatu kerukunan yang damai harus terlebih dahulu ada pembangunan akhlak, watak dan perilaku dalam arti kata tidak berjiwa iblis (zalim), ria egois, munafik, intimidasi dan mendeskriditkan.

C. Harus ada pengakuan terutama dengan perbuatan, bahwa manusia mempunyai hak yang sama, tidak pernah merasa lebih kuat dari yg lain.
D. Ada rasa rela berkorban tanpa mengharapkan suatu balasan dan mempunyai rasa solidaritas yg tinggi terhadap siapapun, tidak membedakan sesuatunya dengan yang lain.
E. Pembangunan ahlak, watak dan prilaku yang baik akan menimbulkan suatu kebaikan dalam menghadapi suatu kebajikan dan tidak pernah merugikan orang lain, maka kerukunan damai itu akan terwujud dengan apa adanya.
F. Terwujudnya suatu kerukunan dan damai yg hakiki dengan sendirinya (otomatis) adil, makmur dan sejahtera yg akan timbul. Yang disebut dengan adalah pada zhohir dan batin, misalnya ada suatu peperangan dalam bathin soal hukum / politik dan sebagainya tidak dapat dikatakan sejahtera yg hakiki.
5. Kebangsaan yang hakiki (azaz: wadah / tempat)
A. Dibentuknya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk saling kenal mengenal.
B. Maksudnya mengenali sejarah / kebudayaan antara lain apakah ada hubungannya dengan bangsa sendiri dan bangsa yang lain dan akhirnya mengetahui kebudayaan - kebudayaan yang telah lama misalnya: hukum-hukum, agama, kepercayaan dan sebagainya dianut oleh bangsa-bangsa yg bersangkutan.
C. Tujuan utama atau garis besarnya supaya mengetahui sesuatu yang baik yang layak atau pantas untuk ditiru sesuai dengan kebudayaan masing-masing.
D. Perhubungan dengan tujuan yang baik, sangat jelas ada dorongan dengan rasa kasih dan sayang (prikemanusiaan yang hakiki) dan bukan di dorong oleh jiwa iblis (zalim) yang semata-mata mencari kelemahan orang lain kemudian langsung digenyang dengan berbagai cara.
E. Bila bangsa sendiri mencari sesuatu yang baik pada bangsa yang lain maka janggal sekali bila terhadap bangsa sendiri ditekan oleh bangsa yang lain, apalagi dengan dalil Nation Building.
E. Saling gontok menggontok di dalam bidang hukum, politik apalagi di sertai dengan pengekangan, penekanan ataupun peperangan dipandang dari segi Ketuhanan terutama dari pandangan Nabi Khaidir As (Aji Saka / Sang Hiang Rakian Sakti ) adalah "manusia biadab / bangsa biadab".
F. Ciri-ciri bangsa atau kebangsaan (bukan negara atau warga negara) berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa atau hukum inti keTuhanan baik yang telah mengkristal maupun masih dalam proses Nation Building definisinya adalah menurut nabi Khaidir/Naga Sakti/Sang Hiang Rakian Sakti/Pangeran Surya Negara adalah:
1. Persamaan bangsa / serumpun bahasa
2. Persatuan pergaulan ( pengalaman kebudayaan ).
3. Satu persatu karakter / akhlak, watak sesuai dengan motto nusantara "berbudi bahasa" dan "bahasa menuju bangsa"

MANUSIA BERADAP DAN PERADABAN

Kami uraikan ciri manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yg beradap. Dikatakan beradap karena manusia diberi Tuhan pakaian (bukan buatan manusia). Maksudnya, ambilah pelajaran dari Nabi Adam As semasa beliau masih di surga. Nabi Adam As telah diberi Tuhan ilmu (pakaian) sehingga Nabi Adam As dan Siti Hawa hidup bermasyarakat kerukunan dan damai terbina dengan penuh rasa kasih dan sayang.
Hukum (pakaian) itu sebagai bekal mereka untuk hidup kerukunan dan damai didunia nanti. Sebelum sampai di dunia tanpa disadari (lupa) pakaian itu telah diterbangkan Iblis yg bersifat ria, egois, munafik, mengintimidasi dan mendiskreditkan. Akibatnya Nabi Adam As / Siti Hawa telanjang bulat dan menyembunyikan diri karna malu (takut) pada Tuhan Yang Maha Esa. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pakaian (hukum) supaya manusia tidak telanjang di dunia (dalam kerukunan dan damai). Jadi sifat memperadab manusiam adalah HIK. Jelas hidup dalam pertentangan hukum/politik apalagi hukum sama-sama buatan sendiri tidak akan mewujudkan di dalam kerukunan dan damai alias biadap. Jadi adat/adap adalah hukum (khusus hukum Tuhan).
Bila seseorang mengikuti kau Zalim /iblis berarti yg bersangkutan menelanjangi diri sendiri. Berdasarkan ketentuan di atas HIK (falsafah jaya sempurna) di simpulkan ditekankan pada 3 (tiga) unsur yaitu:
1. Unsur pokok yaitu: dikatakan pada jiwa /rasa yakni rasa/ Pri kasih sayang sebagai ciri manusia beradab dan rasa ingin berhubungan adil dan bijaksana
3. Unsur tujuan yaitu: dimana manusia dikatakan untuk menjalankan suatu kehidupan harus mempunyai suatu tujuan tertentu atau mempunyai suatu kehidupan yang rukun dan bijaksana serta rukun dan damai
Pengertian tidak langsung (tersirat) atau kalimatnya di bolak balik akan mengandung arti yang sama, tidak bertentangan dengan jiwa HIK. (Hukum leluhur / keperibadian leluhur). Perumusan yang dimaksud diatas untuk menghindari supaya jangan sampai hukum itu (unsur-unsurnya) merupakan hukum bocor dalam arti tidak sesuai hukum. Bila tidak sesuai dengan demikian maka akan berakibat hukum menjadi bocor itu digunakan kaum zalim dari berbagai bentuk (berkedok dan sebagainya) untuk mencapai suatu tujuan dengan suatu alasan bahwa hukum bocor itu membenarkannya, apalagi jika hal itu dicapai dalam wadah suatu permusyawaratan yang tidak adil di bentuk dengan sistem liberal (kekuatan bebas), otoriter (pertunjukan) yang hakekatnya membina kekuatan (suara) dengan bebas untuk menekan resulusi dan lain-lain dari pihak lawan. Jadi dengan sistem permusyawaratan /perwakilan itu, jelas tidak ada pengakuan terhadap bahwa manusia tidak mempunyai "hak yang sama" tidak merasa kuat atau lemah dan mempunyai derajat yang sama.
Unsur-unsur dari HIK (Falsafah Jaya Sempurna) menurut versi Aji Saka / Si pahit lidah (sang hiang rakian sakti/pangeran Surya Negara) dan adanya kekayaan kata-kata istilah zaman sekarang tersebut pada daftar di bawah ini.
Versi Aji Saka

Unsur Pokok adalah memperingatkan. Unsur pelaksana adalah Pemelihara. Unsur Tujuan adalah Pembangunan

Versi SHRS/P. Surya Negara

Unsur Pokok adalah Peradapan. Unsur Pelaksana adalah Penanggulangan dalam Keadilan. Unsur Tujuan adalah Kerukunan dan damai

Versi (Pengistilahan secara luas

Unsur Pokok adalah Pri kasih sayang. Unsur Pelaksana adalah Mupakat untuk penanggulangan dengan hikmah dari permusyawaratan dalam perwakilan keadilan. Unsur Tujuan adalah Kerukunan dan damai menuju adil dan makmur zohir dan bathin


Penjelasan-penjelasan


a. Memperingatkan: sesuai dengan kedudukan beliau mengemban tugas dari Tuhan Yang Maha Esa sepanjang Zaman yg dititik beratkan penanaman kasih sayang dalam jiwa manusia, untuk peradapan manusia supaya dapat hidup rukun dan damai. Penjabaran pada zaman Hindu dengan istilah BUDI BAWA LAKSANA AMBEG PARA MARTHA yang dititik beratkan pengakuan bahwa manusia mempunyai hak yang sama, tidak merasa kuat, lemah dan mempunyai derajat yang sama.


b. Pemeliharaan: maksudnya untuk memelihara tanaman tali kasih sayang itu, yang dalam pelaksanaannya senantiasa ada perhatian untuk menanggulangi sesuatu yang tidak baik atau di sangka akan berakibat tidak baik (hakekat hukum) dan bersedia bermupakat dalam suasana keadilan. Rasa penanggulangan dan sebagainya itu pada dasarnya di dorong oleh rasa rela berkorban, rasa balas kasihan, kepada kaum yang lemah dan juga sebagai gambaran rasa ingin memberlakukan orang lain secara adil sebagai akibat dari unsur pada yang tertera diatas bagian (a).


c. Pembangun: Maksudnya diutamakan untuk membangunan ahlak, watak prilaku manusia yang arif dan bijaksana maka akan terciptalah suatu kerukunan dalam kehidupan manusia baik secara individu maupun kelompok.


d. Peradapan: dalam pengertian ini dimana penertipan hukum jiwa (hukum Tuhan) yakni perikasih sayang (hakiki).

Adat istiadat adalah suatu peraturan yang sangad mutlak yang erat kaitannya dengan hukum adat, sedangkan adab itu adalah hukum keTuhanan. Kedua hukum ini sangat mempunyai kekuatan tersendiri dan susah untuk di lunturkan, misalnya: Nabi Adam As telah melanggar HIK. (Rasa kasih sayang Tuhan Yang Maha Esa) sehingga pakaian (hukum) itu hilang sehingga mereka telanjang tanpa pakaian sehelaipun yang melekat pada tubuh Mereka. Apabila terjadi hingga sekarang maka boleh dikatakan manusia itu tidak menganut HIK (biadab). Sebenarnya istilah kata adat dan adab ini warisan dari Naga Sakti/Nabi Khaidir As (aji saka/si pahit lidah). Hingga sekarang didaerah Haji Batang Hari Sembilan /sumatra bagian selatan khususnya masih di kenal bahwa tanah (bumi) adalah milik Tuhan disebut Milik Adat(hukum) alias di hukumkan tetap milik Tuhan bukan milik Manusia semata melainkan manusia hanya mendapat Amanah dari Tuhan yang maha esa yaitu pergunakan dan peliharakan dunia ini dengan sebaik mungkin. Jadi HIK (falsafah jaya sempurna) sangat erat hubungannya dengan hukum tata tertib (adat istiadat) tidak dapat dipisahkan antara lain adat istiadat dengan HUK. (tidak boleh bertentangan) apalagi hik itu dijadikan Falsafah Negara/hidup bermasyarakat banyak.

NURILLAHI ADALAH CAHAYA KEHIDUPAN (KEGIATAN) YANG TERWUJUD SEBAGAI BATHIN / HUKUM MAHA PENGASIH DAN PENYAYANG

Alam semesta ini asal mulanya dari cahaya (Nur Illahi). Kemudian Tuhan yg maha Esa memberikan suatu kegiatan (Kun Fayakun), atau disebut suatu kegiatan kehidupan. Cahaya-cahaya digilung oleh sumber itu yg tak habis-habis cahaya itu dari Illahi. Terjadilah bulatan tunggal yg mempunyai kadar panas yg sangat dahsyat itu. Terjadilah bintang-bintang, planet dan sebagainya, terbesar bersisa yakni Matahari (sinar panas), maka bintang-bintang planet dan lainya sebagainya itu berputar mengelilinginya. Pertama kalinya meledak, maka pecahlah alam tanggal itu mempunyai kehidupan /kegiatan sendiri-sendiri yg dapat menarik bintang-bintang dan sebagainya yg kegiatannya lemah. Akhirnya matahari, planet, bintang-bintang dan sebagainya itu karena jaraknya tidak terjangkau oleh kekuatan/kegiatannya, maka masing-masing bergiat berputar dalam lingkungan sendiri (As).
Kegiatan itu berjuta-juta tahun lamanya, zaman demi zaman, tahap demi tahap yg jaraknya berjuta-juta tahun pula. Dari suatu benda berobah-obah ke berbagai macam benda lainnya (alam/mahluk). Maka berlakulah hukum sebab akibat yg mana semua itu telah di tentukan Tuhan apa yg akan terjadi pada masa bertahun-tahun yg akan datangnya mengenai isi alam semesta ini. Kejadian dialam semesta ini pada hakekatnya telah dalam konsep Tuhan Yg Maha Esa termasuk kehidupan manusia /perorangan sebelum Kun Faya Kun di cetuskan Maha Pencipta. Selanjutnya sinar matahari memberikan kehidupan (kegiatan) pada seluruh alam semesta ini, tanpa kecuali mempengaruhi batin-batin mahluk (akhlak, watak dan sebagainya) dari hari ke hari, bulan ke bulan dan sebagainya. Karena kehidupan/kegiatan mataharilah maka semua planet, bintang-bintang dan sebagainya itu mengelilingi matahari, dengan teratur seakan-akan di kendalikan. Contoh bulan teratur menjadi satelit bumi. Sesuai dengan keadaan (probahan sinar/panas) matahari bintang-bintang /planet, secara tidak langsung mempengaruhi gerak batin dari setiap manusia /mahluk hidup. Probahan ahlak, watak/prilaku manusia secara kesatuan (keseluruhan)dari hari ke hari, bulan ke bulan, zaman ke zaman telah memberikan kehidupan /kegiatan (probahan) dunia atau situasi dunia, sesuai dengan bentuk ahlak, watak/prilaku yg di maksud, telah merubah pula hukum-hukum yg mengatur dirinya sendiri (manusia). Ahlak, watak / prilaku yg baik adalah HIK /Falsafah Jaya Sempurna (prikasih sayang dan sebagainya) adalah kehidupan/kegiatan, adalah cahaya, adalah Nur Illahi adalah Tuhan Yang Maha Esa/Maha Pencipta. Akhirnya di kenallah Tuhan dimana-mana di alam smesta ini, sesungguhnya di alam gaib menurut pandangan manusia.
Kembali soal dalam batin, maka manusia mempunyai batin berbeda-beda menurut perkembangannya sejak bayi terutama pengaruh lingkungan. Batin itu adalah rasa dan rasa itu adalah hukum. Jadi manusia mempunyai hukum (naluri) sesuai dengan bentuk akhlak, watak /prilakunya. Batin yang besar adalah maha pengasih dan penyanyang, adalah pada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi batin terbesar pada manusia adalah hukum inti Ketuhanan (Falsafah Jaya sempurna) untuk manusia hidup bermasyarakat. Dipengaruhinya batin manusia /HIK ini oleh matahari (sinar/panas) dan sebagainya, maka berobah-obah pula hukum diatas dunia menurut perobahan batin itu. (Akhlak, watak, prilaku) dari penghuni bumi ini.
Berdasarkan ilmu pengetahuan modern terbukti bahwa setiap kegiatan/pergolakan matahari/bintang-bintang (sinar/panas)telah mempengaruhi iklim, kemudian batin manusia dan akhis stuasi di dunia di seberang waktu, antaranya perang, pertentangan hukum /politik. Umpama sinar bulan purnama telah membuat air laut pasang/naik.
Nah, dari sinilah zaman dahulu timbul ahli-ahli bintang ahirnya ahli nujum (ramalan) yg dapat mengetahui /membaca akhlak, watak /perilaku manusia melalui, keadaan matahari, bintang-bintang selanjutnya dapat membaca/mengkaji sedemikian rupa sehingga dapat mengetahui apa yang terjadi akibat akhlak, watak/prilaku yang coraknya tertentu mengenai seorang atau situasi dunia pada masa /zaman yg tertentu di kemudian harinya.
Tanpa ada cahaya /panas tidak ada kehidupan /kegiatan di dunia ini terutama tanpa itu atau Tuhan Yang Maha Esa(Kun Faya Kun) seluruh alam semesta alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa kenapa pula manusia menghianatinya seperti Iblis (zalim). Jadi tanpa HIK (falsafah Jaya Sempurna) ciptaan Tuhang Yang Maha Esa atau kebenaran, hukum maka manusia di atas dunia tidak akan hidup benar/tentram Zohir batin. Lebih tepat dikatakan hidup dalam kegelapan tanpa cahaya (kebenaran hukum).
Ketergantungan hukum pada hukum buatan manusia (hukum tidak sempurna/baik) lambat laun akan menghancurkan manusia atau dari kelompok manusia tertentu terhadap manusia lainnya. Sistim hukum buatan manusia pasti tidak sempurna, yg jelas sadar atau tidak sadar sifatnya tidak mengakui bahwa manusia "Hak yg pertama, tidak merasa kuat dan lemah dan tidak membedakan drajat yg satu dengan yg lain" yg akhirnya tidak mengakui "perlakuan adil terhadap manusia" Hukum yg di buat manusia berbagai maca variasi sifatnya tidak mengetahui kebenaran hukum termasuk diatas, berarti tidak mengetahui dirinya ber Tuhan atau munafik terhadap Tuhan seperti Iblis yg telah di golongkan Tuhan sebagai mahluk yg durhaka. Jadi berilah cahaya yg baik sesama manusia, supaya manusia-manusia itu merasa diri terang /diterangi (tentram/sejahtera lahir dan batin). Kesimpulan semua pertentangan hukum/politik diatas dunia ini adalah pengaruh berbagai bentuk /situasi dari matahari dan bintang-bintang (sinar/panas). Jadi hukum buatan manusia tidak sempurna (tidak baik) sama halnya dengan cahaya tidak baik yakni netron, radio aktif (atom, nuklir dan sebagainya). Cahaya dan hukum (batin) satu sama lain saling mempengaruhi sehingga akhirnya nanti, karena pengaruh atau perbuatan hukum yg tidak benar dan cahaya yg tidak baik, hancurlah dunia semesta alam ini alias kiamat tiba. Jadi manusia Zalim atau peradapannya telah sirna pandang dari segi keTuhanan yg menyebabkan kehancuran smesta alam nantinya.

MASUKNYA ISLAM KE SUMATRA SELATAN

Masuknya Islam ke daerah Lampung sekarang tidak dapat di sebut dengan istilah "pengaruh/masuk dari" karena daerah ini sebenarnya dahulu wilayah kerajaan Aji Sai yg sejak zaman Aji Saka berpusat di dataran tinggi Bukit Barisan sebelah selatan yg waktu itu, khususnya berpenduduk Suku Abung, Kaur, Kisam (pasemah) dan lain-lain.
Malah masuknya Islam kedaerah Sumatra bagian selatan adalah dari Majapahit melalui pentolan-pentolan /tokoh-tokoh dari Sang Hiang Rakian Sakti / Pangeran Surya Negara dalam rangka pembentukan kembali Kerajaan Saka dengan Nama baru Kerajaan Aji Sai (Haji Sakti) atau penurunan kembali HIK (Falsafah Jaya Sempurna). Itu pula sebabnya daerah Sumatra Bagian Selatan disebut Haji Batang Hari Sembilan. Jadi tugas Sang Hiang Rakian Sakti/Pangeran Surya Negara terdiri 2 (dua) unsur :
1. Pembentukan kembali Kerajaan Saka sebagai jembatan penurunan kembali HIK (Falsafah Jaya Sempurna), yg pernah beliau turunkan selagi menitis dengan nama Aji Saka (Sepahit Lidah).
2. Sesuai dengan situasi dan kondisi pada waktu itu penyebaran (Mubaligh) Islam kebagian Sumatra bagian selatan khususnya. Malahan selagi beliau masih ada di Majapahit beliau adalah seorang AdiPati (pangeran Adipati Aria Negara) di suatu daerah. Disamping sebapai mubaligh Islam untuk sebelah barat Majapahit dengan nama Syekh Haji Syarif Al_Zikrullah. Jadi sebagai wali (Mubaligh) di Majapahit ada dua salah satunya ialah Maulana Malik Ibrahim untuk daerah sebelah timur Majapahit. Dibelakang nama itu ada Al_Zukrullah mengingat beliau adalah titisan Nabi Khaidis As /Aji Saka yg kembali mengemban tugas memperingatkan manusia HIK (falsafah jaya sempurna) sesuai dengan sumpah/pertanda yg ditentukan menjelang sebelum kembali ke alam gaib (pusaran laut/putaran tasik) Zaman Aji Saka dahulu. Ada pula beliau di sebut Syekh Haji Syarif Nakhoda, karena beliau pernah di tugaskan dalam rangka mendeskriditkannya oleh Prabu Wikrama Wardhana, berekspedisi ke aceh sebagai Laksamana /pemimpin armada ekspedisi itu. Beliau terus menerus dideskriditkan dengan berbagai cara setelah perang Paregreg.

Di Sumatra selatan banyak Dongeng-dongeng Si Pahit Lidah (Aji Saka / Sang Hiang Rakian Sakti) yg berbau Hindu, seakan-akan beliau itu orang Hindu tok, malahan orang Jawa mengatakan Aji Saka menurunkan hukum hindu pada tahun 78 Masehi. Sebenarnya yg menurunkan hukum hindu yg pertama di tanah jawa adalah Prabu Niska (si mata empat), sedangkan Aji Saka (Si Pahit Lidah) menurunkan HIK (Falsafah Jaya Sempurna) tahun 38 Masehi di Nusantara (Aji Saka). Dongeng lain Sang Hiang Rakian Sakti di kenal dengan nama Raden Mas Panji dan Serunting Sakti.
Maka masuknya Agama Islam melalui tokoh-tokoh dari Sang Hiang Rakian Sakti/Pangeran Jaya Negara telah menyebabkan Suku Abung, Kubu menyingkirkan pedalaman (istilah sekarang). Sebenarnya bukan ke pedalaman (Palembang) dalam suku-suku itu memang penduduk asli/tetap di pedalaman Sumatra bagian Selatan. Suku-suku tersebut dan suku-suku lainnya di pedalaman Sumatra bagian selatan(pusat kerajaan saka) sebelum masuk Islam hidup mereka berpindah-pindah (berkubu-kubu) antaralain suku Abung yg terbanyak disekitar kubu tanah (Goa Abung). Jadi suku kubu di sebut kubu bukan nama baru tetapi telah lama dijuluki pada mereka (termasuk Abung) karena cara hidup mereka berptualang, sunggupun demikian pada mulanya mereka beragama Animisme gaya baru dimaksud diatas yg kemudian sedikit sekali di pengaruhi Agama hindu.
Menurut istilah masyarakat lampung sekarang mereka berasal dari dataran tinggi Pesagi, malahan nenek moyang mereka dikatakan dari Pagar Ruyung (sebenarnya dari Asal Raja Skala Berak). Daerah Pesagi (skala berak) sebenarnya masih daerah Danau Ranau dan sekitarnya atau dengan kata lain daerah tersebut di simpulkan dengan istilah pusat kerajaan Saka atau dataran tinggi bukit barisan sebelah selatan. Agama islam di daerah lampung sekarang pengaruh kerajaan Aji sai sejak tahun 1427 atau sebelah selatan Haji Seragi (Naga berisang /putri si darah putih) sebelah utara dari daerah aji sai tengah yg kemudian harinya (1703) dinamai daerah Komering. Adapun yg menyebutkan bahwa Agama Islam di lampung sekarang pengaruh Minang Kabau adalah sedikit kemungkinan kalau ada hanya di Bengkulu sebelah utara dan daerah Jambi sekarang.
Sebenarnya kerajaan Jaya Abadi (Aji Sai) melalui masa Pangeran Pulun (Prabu Muda) telah mempengaruhi daerah Minang (Bundo Kandung) dalam pembinaan adat disana yg juga dalam penasehat/berlandaskan (berpedoman) pada Falsafah Jaya Sempurna 1575. Sampai sekarang kursi singgasana Raja Aji Sai sebagai tanda pengenalan adat Pagar Ruyung di juluki "Teras Jelatang". Orang minang telah menyatakan bahwa balai adat mereka bertiang Tareh Jelatang. Jadi jelas bahwa hukum adat minang dibina dengan pedoman (Teras) Falsafah Jaya Sempurna dari pemilik kursi Singgasana (Prabu Muda). Mengenai Agama Islam daerah itu, sebelumnya masuk dari sebelah Aceh dan lain-lain.
Pada suatu ketika pusat kerajaan Aji Sai /Jaya Abadi dikuasai Mataram /Jawi (1703) maka putuslah Lampung dengan pusatnya Tanjung Jati (Saka Aji) akibat Ratu-ratu (Demang) menbentuk suatu dewan disebut dewan Ratu-Ratu Lampung, yg diketuai oleh Ratu menggala. Pada saat Ratu menggala memihak kepada Banten, maka pecahlah dewan itu sehingga daerah Ratu-Ratu tersebut di namai Lampung hingga sekarang (1705) Ratu dan rakyat Pesagi khususnya didaerah Skala Berak umumnya (Krui) tidak mau di sebut suku Lampung. Setelah Banten menguasai Lampung, maka Sultan Hasanudin telah dapat menguasai daerah Selebar (Skala Berak) yg diterimanya dari Raja Indra Pura (Minang) Pemberontakan Raden Intan (1779-1790 di Lampung sekarang dilakukan oleh keturunan Ratu Darah Putih, (bukan putri darah putih) yg menjadi cikal bakal Raden Intan. Pada suatu ketika tiba-tiba muncul seorang feri disuatu desa Sukaraja /palas yg bersangkutan adalah Raden Intan membentuk suatu pasukan dan mengadakan pemberontakan terhadap Belanda. Sebenarnya beliau adalah utusan Pangeran Embo untuk mengadakan perlawanan terhadap penjajah, waktu itu Pangeran Embo adalah Raja di daerah Haji (Saka Aji) yg telah di taklukan oleh sultan Palembang dengan bantuan Belanda (1778). Dengan adanya pemberontakan Raden Intan itu maka Belanda memperketat penjagaan di Buay Haji (pusat kerajaan Haji/Saka Aji), takut kalau saka Aji/Haji bangkit kembali mengadakan perlawanan.
Setelah pemberontakan Raden Intan dan lain-lain gagal banyak orang sakti mundur ke hutan (ulu). Dan menghilang di sana, sementara itu keluarlah suatu Motto, bahwa di daerah Haji Seragi akan makmur bila di duduki dua belas suku, maksud dari dua belas suku itu adalah kiasan dari daerah Buay Haji, bahwa Buay Haji itu di juluki suku-suku disekitarnya mempunyai dua belas (12) bahasa, karena dalam bahasa haji banyak kata-kata berbagai bahasa (dua belas bahasa). Pasukan Raden Intan terasnya adalah orang Buay Haji. Mundurnya pasukan itu ke daerah pedalaman (Hulu) sebagian dari mereka berbentengkan kesaktian. Kemudian hari Banten itu menjelma sebagai perkampungan (Siluman) gajah di daerah Raja Basa/seragi hingga sekarang. Cikal bakal Raja Skala Berak berasal dari Pagar Ruyung, keturunan Putri Kayangan dan Kua Tunggal berdiam di Skala Berak. Masa cucunya Serunting mereka mendirikan keratuan pemanggilan. Umpu Serunting ini menurunkan Indra Gajah (Ratu Gajah) Buay Abung, Belungguh Buay Peminggir, Pa'lang Buay Pubiyan Pandan telah menghilang dan sedangkan ada di Suka Ham(??). Diperkirakan pada masa (1435) daerah Palembang (musi/banyu asin sekarang) dikuasai Malaka/China di rebut dari Adipati Sekandar Alam (Aji Sai), juga daerah pesisir Jambi dikuasai Malaka/china itu. Islam masuk ke Lampung sekarang, dari Banten oleh Fatahilah (sunan gunung jati), memasuki Labuhan Meringgai sekarang di keratuan Pugung disekitar tahun 1525. Sebelumnya sudah ada pengaruh Islam dari Haji Seragi(1422). Dari perkawinan Fatahillah dengan Putri Sinar Alam anak Ratu Pugung, lahirlah Minak Gajah Ratu yg kemudian menjadi Cikal bakal Keratuan Darah Putih.

PERANG PEMATANG JERING, BILAH-BILAH PAUH SAKA AJI (1860-1875)

Pada suatu ketika pangeran Mas Lebung meninggal dunia maka seluruh anaknya bermufakat siapa mau di utus untuk mengambil Piagam pengangkatan Pangeran Bakal yg keadaan mentalnya Loyo (tolol) dan hampir di seluruh kesultanan Palembang terjadi huru-hara terutama jalan di palembang sulit untuk di tembus. Di tunjuklah Pangeran Tambuh adik bungsu mereka yg memang seorang pahlawan dari kesultanan masa terjadi perang di kota palembang. Seorang pahlawan lainya adalah Agung Tama. Dengan membawa mandat Pangeran Tambuh sambil bertempur /membasmi para pengacau akhirnya daerah menuju Palembang aman, berita ini sampai ke telinga Sultan. Sesampainya Pangeran Tambuh menghadap Sultan maksud dan tujuannya di sampaikan, hasilnya Beliaulah diangkat menjadi Raja Haji (Piagam 1229 Hj./tahun 1812 masehi) sejak itu Sultan Pangeran Badarudin banyak mengetahui sejarah Haji Sakti sehingga tergeraklah Sultan untuk meniru Raja Haji untuk membentuk Adat (Hukum Adat) bersama-sama Pangeran Tambuh.
Hukum adat itu di bukukan dengan nama Simbur Cahaya hingga sekarang rakyat Buay Haji menyebut Simbur Cahaya tersebut adalah adat Buay Haji. Pada saat Sultan Badarudin di buang oleh Belanda (1821) maka pangeran tambuh (1825) memerdekakan diri karna tidak bersedia beralih pada belanda, sejak kesultanan Palembang dihapuskan perlawanan Rakyat dipedalaman terjadi. Kerajaan Tanjung Jati (Saka Aji) terlibat pertempuran melawan Belanda terutama terbesar peperangan di Pematang Jering, bilah-bilah (dua kali) dan yg terakhir di Pauh (Suka Bumi).
Sejak kemerdekaan Saja aji sampai perang di Pematang Jering Belanda tidak mengutik Saka Aji kecuali ada perang kecil-kecilan. Dalam peperangan pematang jering banyak sekali belanda mengerahkan serdadu Bumi Putra antara lain Suku Jawa, namun seorang hulu balang yg bernama Ratu Pemanggilan dengan tangkas dan gesit laksana terbang diatas pundak-pundak musuh mengibas-ngibaskan pedangnya. Medan peperangan berobah merah oleh darah. Sebelumnya Ratu Pemanggilan melakukan peperangan, telah di nasehati oleh Agung Utama untuk tidak perang dengan alasan bahwa sedangkan Pahlawan Palembang yg sanggup mencabut batang kelapa dapat dikalahkan Belanda diantaranya Adalah Raden Alit. Dengan perang ini Belanda terpaksa pulang kepalembang dengan menderita kekalahan, kira-kira lima tahun kemudian belanda kembali lagi mengerahkan serdadunya secara besar-besaran dan terjadilah pertempuran sengit di Bentong Bilah-Bilah. Dalam peperangan ini belanda juga mengalami kekalahan, beberapa tahun kemudian kembali belanda mengerahkan pasukan ke bilah-bilah yg setelah mengalami pertempuran yg sangat dahsyat pasukan pangeran Tambuh terdesak dan mundur mempertahankan diri di Benteng Pauh. Kekalahan dalam perang ini disebabkan oleh pangeran Jimat (pemberontak) telah ikut membantu belanda sehingga pasukan-pasukan Pangeran Tambuh tertikam dari belakang.
Dalam perang pauh ini masih dipimpin oleh Ratu Pemanggilan karena Panglima Kaya pada waktu itu sedang pantangan untuk bertempur (istrinya masih hamil). Dalam perang ini banyak Hulu Balang tidak kurang dari sembilan orang di antaranya adalah putra Pangeran Tambuh yakni Ria Mutor, Ria Ngica dan Gimbar Alam. Benteng Pauh terkepung oleh Belanda tetapi tidak bisa masuk mengingat benteng tersebut dikelilingi jurang dan parit-parit serta bambu-bambu Aur. Setelah cukup lama pasukan pangeran Tambuh terisolir, maka berita ini di sampaikan rakyat kepada Pangeran Banyak (kakak Ria Mutor lain Bapak) yg sedang di ajungkan (diasingkan) karena mengidap penyakit menular. Sesampainya berita itu pada beliau rakyat tersebut diutus untuk menemui belanda bahwa beliau sanggup untuk menerobos kedalam benteng, dengan perjanjian beliau diangkat menjadi pangeran, sedangkan pangeran tambuh serta anak-anaknya tidak di tawan belanda tetapi mereka itu menjadi tanggungan beliau (jaminan). Perjanjian di terima Belanda maka di songsonglah pangeran Banyak dan di bawa kebenteng. Sebelum berangkat badan pangeran banyak oleh suatu keajaiban dijilati oleh harimau, maka penyakit yg diidap segera sembuh seketika. Sesampainya di tepi jurang/benteng beliau memerintahkan menebang yg langsung roboh kedalam benteng . Pohon itu menjadi jembatan Belanda, maka pertarungan sengitpun terjadi lagi. Dikedua belah pihak bergelimpanganlah manyat-manyat manusia laksana jamur kena hujan. Sebelumnya serdadu Belanda telah mengenali Pangeran Tambuh dan putra-putranya atas petunjuk pangeran Banyak. Melihat serdadu Belanda makin banyak maka dalam keadaan gawat itu Ratu Pemanggilan diperintahkan keluar dari Benteng untuk menyusun kekuatan baru di tempat lain.
Ratu Pemanggilan memotong daun lontar dan laksana terbang beliau turun kejurang dengan daun lontar tersebut.
Setelah perang selesai keluarga Ratu Pemanggilan mendapatkan baju perang dan cincinnya di rumah dan meninggalkan pesan bahwa suatu saat nanti Haji akan hidup kembali, kemudian beliau pergi kearah Krui. Pada masa Revolusi 1945 orang Desa Sukarami menganggap Kapten Dani adalah Ratu Pemanggilan yg hidup kembali. Setelah Sukarami/Aji memasang Bedil Meriam Pusaka Ratu Pemanggilan yg berumpan peluru sakti diarahkan ke pertahanan Belanda (nica) maka sejak tembakan itu Belanda tidak bisa masuk kedaerah Buay Haji. Setiap Belanda melewati front simpang Haji atau Buay Haji seakan-akan melihat lautan didepannya dan urunglah melanjutkan perjalanan. Bedil dan meriam tersebut didapat kemudian setelah perang pauh selesai melalui petunjuk dari alam gaib (petemun). Berdasarkan petemun itu dicarilah benda tersebut disekitar benteng pauh. Mula-mula ditempat yg ditunjuk dilihat seekor ular yg besar sehingga sipenerima tidak berani untuk mengambilnya. Berkali-kali petunjuk itu diberikan akhirnya diberkahi (dipinta) atau disedekahi. Setelah selesai dengan menggunakan kain putih, ular tersebut diterpa maka ular tersebut berubah menjadi Bedil Pusaka. Pelor (anak dari bedil) dan meriam itu bisa di tembakan beberapa waktu kemudian kembali lagi, antara lain melalui petemun juga (pemberitahuan). Menurut dengan riwayat Bedil dan Meriam itu pemberian dari alam gaib (sang hiang rakian sakti) yg maksudnya supaya digunakan untuk perlawanan terhadap Belanda pada saat itu.
Kemudian pada akhirnya penyerahan kedaulatan terhadap Kapten Dani mensteling letda Asnawi Mangku Alam sehingga yg bersangkutan lari menyerahkan diri pada Belanda, penyerbuan itu (steling) disebabkan Asnawi Mangku Alam dan kawan-kawannya memeras, menindas rakyat haji dengan mengumpulkan hasil bumi kopi dengan paksa untuk kepentingan pribadi mereka dan setiap orang dicurigai tanpa di adili dipotong (dipancung) dan sebagainya dilikuan sembilan. Rakyat buay haji sangad menderita serba salah berjuang ataupun tidak, padahal dengan melalui bedil pusaka itu pada hakekatnya rakyat buay haji mempunyai jasa terhadap negara.
Selesai perang Pauh laskar ditahan Belanda ditempatkan di Desa Tanjung Raya sekarang, sedangkan Tanjung Jati berada di seberang sungai tahun 1875. Tiga hulu balang dari sukarami di bawa belanda ke kalimantan untuk ikut memadamkan pemberontakan Banjar dengan syarat setelah selesai mereka dipulangkan (dibebaskan) tiga hulu balang tersebut dijuluki Layang Negeri, Gimbar Batin dan Layang Batin. Selain tiga hulu balang itu ada empat hulu balang yg dibawa Belanda ke Banjar tetapi mereka meninggal dunia di sana. Ratu pemanggilan tersebut bernama Kaya. Pada zaman Si Kuncet Besi ada Ratu Pemanggilan yg tidak kalah kesaktiannya dengan Ratu-Ratu kemudian di juluki Pemanggilan 1 (belangan) Ratu pemanggilan kira-kira zaman Pangeran Sang Aji Malihi berjuluk Ratu Kubu Sawangan yg telah menghilang. Putra dari Supartung di Haji (aji sai) adalah pangeran Hujan Terima Sakti dan pangeran Sang Aji Menang. Kemudian harinya atas perbuatan Pangeran Banyak sangat disesalkan oleh Ria motor adik beradik. Karna perbuatannya dianggap baik maka pangeran Banyak bersedia menyerahkan kedudukannya Pangeran pada Ria motor, tetapi beliau tidak bersedia menjadi pangeran Belanda. Akhirnya Pangeran Banyak menawarkan akan memelihara putra Ria Motor (Jamil) dan Jabatan pangeran akan diserahkan pada Jamil tersebut, tetapi Ria Motor tidak percaya hal ini terbukti di kemudian harinya bahwa kedudukan Pangeran (Pasirah/Regent Schap) terpaksa direbut oleh Rebudin putra Pangeran Banyak sungguhpun hanya Pasirah saja. Setelah Jamil dewasa Banyak mencarikan gadis untuk istrinya, tetapi Ria Motor ayah kandung Jamil tidak menerimanya.
Maka untuk menghilangkan pertentangan, gadis carian Ria Motor dikawini pula. Sesuai dengan adat raja-raja maka istri carian ayahnya berkedudukan Ratu (melahirkan putra mahkota) jadi istri-isteri Jamil tersebut bergelar (Amai) Ratu Banjar dan Banjar.
Kerajaan Tanjung Jati (Saka Aji) sejak membebaskan diri /mereka sebenarnya tidak pernah dijajah Belanda. Pada perang Pauh itu Pangeran Banyak juga mengadakan perjanjian supaya Pangeran Jimat di gantung sebagai penghianat.
Dalam tahun 1907 semasa Pangeran Jamil Martabaya VII masih berumur kira-kira 6 tahun, beliau berjalan dengan bapaknya Kidul/ Abu Bakar. Tiba-tiba beliau melihat suatu benda berkelap-kelip kena sinar matahari turun kebawah. Asal mulanya sebesar ringgit kian lama kian besar akhirnya tegaklah seorang Haji sambil berdiri lalu tersenyum Haji tersebut melihat beliau tiba-tiba menghilang dari pandangan. Dengan heran beliau menanyakan masalah ini pada Bapaknya di manakah Haji tersebut. Sambil menunjuk tepatnya berdiri. Tidak tau karena orang tua itu tidak melihat kalau depan mereka ada orang. Atas kejadian tersebut Kidul/Abu Bakar menyatakan yg turun tersebut adalah Nabi Khaidir As (Sang Hiang Rakian Sakti / Pangeran Surya Negara) peristiwa gempa bumi tahun 1933 di sumatra bagian selatan (sekitar Danau Ranau) adalah suatu peringatan (penggugah) dari Naga Sakti/Nabi Khaidir As (Aji Saka/Sang Hiang Rakian Sakti).
Tidak heran kalau rakyat setempat pada waktu itu mengatakan bahwa gempa di lakukan oleh Ular besar (Naga Sakti). Kejadian itu sifatnya mengingatkan pada hukum inti keTuhanan dan penurunan kembali hukum itu tak berapa lagi.
Pada zaman Wilhelmina pernah terjadi peperangan antara Belanda dengan Jerman (1939) suatu ketika dilihat oleh Belanda ada orang terbang di udara memberikan bantuan pada pasukan Belanda. Setelah orang tersebut di tanya, maka yg bersangkutan memperkenalkan dirinya berasal dari Haji (Saka Aji) Indonesia. Kemudian diperintahkannya Wilhelmina untuk menyelidiki orang tersebut di Haji (Saka Aji).
Datanglah utusan Belanda kesana, tidak lain yg mereka tuju adalah makam (ciri) Sang Hiang Rakian Sakti/Pangeran Surya Negara. Orang belanda diiringi oleh keturunan beliau dari Desa Tanjung Raya (Saka Aji) antara saudara Mansur B, Kasim, tiba-tiba sewaktu akan menyeberang sungai kecil (2 meter) lebarnya dan dalamnya batas lutut orang-orang Belanda tersebut berenang seakan-akan menyeberangi lautan. Akhirnya mereka minta pulang saja karena anggapan mereka lautan tersebut tidak keseberangan.
Selanjutnya bahwa seorang dukun wanita (ahli kebatinan) di bogor pernah memanggil saudara Anwar Armada peranteraan utusanya. Pada waktu itu saudara itu bertugas sebagai Letnan II zeni AD. Saudara itu tidak pernah mengenal dukun itu sebaliknya yg bersangkutan mengenalnya sebagai orang/berasal dari Haji (Saka Aji). Setelah saudara itu di panggil memenuhi panggilan dalam percakapan saudara tersebut menanyakan apakah dirinya keturunan dari Banten. Dukun tersebut permisi pergi kedalam sebab akan melaksanakan sholat (Hajat) dulu. Setelah keluar lagi lalu memberikan segelas air yg manis rasanya, sesudah diminum tiba-tiba dukun tersebut sujud dilutut saudara itu, sambil menyatakan bahwa beliau adalah keturunan dari kepala mereka (Raja Alam Gaib/ahli kebatinan), yg oleh orang Jawa umumnya menyebut Sang Hiang Rakian Sakti/Pangeran Surya Negara adalah kepala keramat seluruh Majapahit dahulu/nusantara.

Prabu Muda Menuntut Palembang

Waktu Demak runtuh datanglah seorang pegawai tinggi dari sana ke Palembang, beliau mendirikan kesunanan Palembang itu di dengar Pangeran Pulun (prabu muda) beliau pergi ke Palembang menuntut daerah tersebut dari sunannya (1575). Daerah tersebut tadinya daerah Aji Sai yg telah di rampok Cina/Malaka dari Skandar Alam (penguasa dari Saguntang/Aji Sai) 1435. Sunan Palembang mengaku bahwa dia berhak atas daerah itu karena pernah dibawah kekuasaan Demak, sebenarnya dikuasai oleh Aji Sai yg waktu itu daerahnya bernama Jaya Abadi. Sunan Palembang tidak tau (pura-pura tidak tau) bahwa yg menguasai daerah itu adalah Raja Aji Sai. Setelah mengetahui hal ini, akhirnya Sunan Palembang mengajukan perdamaian dgn ketentuan/perjanjian bahwa mereka berdua saling mengakui kedaulatan masing-masing atas daerahnya yakni Sunan menjadi Raja di daerah Ilir (kira-kira daerah musi dan banyuasin sekarang) dan Prabu Muda tetap menjadi Raja di sebelah Ulunya (Jaya Abadi). Dalam tahun 1673 Kedemangan Palembang Darussalam diserahkan /di kembalikan Sultan Mataram (jawi) pada wakil Rajanya (Adipati Danureja) Pangeran Ratu Senopati di Tanjung Jati yg waktu itu oleh Mataram di namai daerahnya Komering. Daerah komering kira-kira daerah keresidenan (Resident) Palembang dahulu dengan skala berak (krui). Setelah di mataram terjadi kekacauan daerah kademangan Darussalam bangkit menjadi Kesultanan lagi, komering (sebelah pedalaman) tetap merdeka dibawah kekuasaan Baginda Agung tahun 1714 barulah dibawah pangeran Mas Lebung tahun 1778 seluruh komering dikuasai oleh Sultan Badarudin. Dalam rangka memadamkan sejarah/kejayaan Aji Sai (Jaya Abadi Komering)maka sultan Palembang mengabadikan Komering menjadi nama sungai komering sekarang yg dahulunya menjadi Sungai saka lanjutan dari way saka di ulu muara selabung (kota muaradua sekarang). Nama komering sebenarnya adalah nama seorang Hulu Balang (Bala) Sang Hiang Rakian Sakti dengan julukan Komering Raja Ngaruntak yg makamnya ada di Muara Selabung (Muaradua sekarang). Diantara Hulu Balang Sang Hiang Rakian Sakti ialah Sapurantau makamnya di Saka Tiga (Oki sekarang). Pada masa mataram menduduki Daerah Haji (Saka aji) maka pasukan mataram yg kembali ke Mataram/Jawi menyebut diri mereka sebagai Haji Mataram. Dahulu sewaktu Banten menguasai Jaya Abadi orangnya yg ada di Jaya abadi juga menamai diri mereka Haji Banten setelah mereka pulang ke daerah Jawa. Pasukan yg menyebut dirinya Haji Mataram dan Haji Banten telah mengetahui siapa sebenarnya Sang Hiang Rakian Sakti sebagai sesepuh di Alam nyata dan gaib dari wilayah Majapahit dahulu. Hanya saja sultan yg bersangkutan tidak mengakui secara nyata karena masih di pengaruhi hawa napsu dunia. Namun demikian Sultan Mataram (jawi) masih mengakui Raja-Raja Haji Sakti (aji sai) adalah keturunan Prabu Majapahit (Piagam Jawi/Mataram) tahun 1115 Hijrah (1703 masehi).

Diberdayakan oleh Blogger.
Template by : kendhin x-template.blogspot.com