Jumat, 16 September 2011

MASUKNYA ISLAM KE SUMATRA SELATAN

Masuknya Islam ke daerah Lampung sekarang tidak dapat di sebut dengan istilah "pengaruh/masuk dari" karena daerah ini sebenarnya dahulu wilayah kerajaan Aji Sai yg sejak zaman Aji Saka berpusat di dataran tinggi Bukit Barisan sebelah selatan yg waktu itu, khususnya berpenduduk Suku Abung, Kaur, Kisam (pasemah) dan lain-lain.
Malah masuknya Islam kedaerah Sumatra bagian selatan adalah dari Majapahit melalui pentolan-pentolan /tokoh-tokoh dari Sang Hiang Rakian Sakti / Pangeran Surya Negara dalam rangka pembentukan kembali Kerajaan Saka dengan Nama baru Kerajaan Aji Sai (Haji Sakti) atau penurunan kembali HIK (Falsafah Jaya Sempurna). Itu pula sebabnya daerah Sumatra Bagian Selatan disebut Haji Batang Hari Sembilan. Jadi tugas Sang Hiang Rakian Sakti/Pangeran Surya Negara terdiri 2 (dua) unsur :
1. Pembentukan kembali Kerajaan Saka sebagai jembatan penurunan kembali HIK (Falsafah Jaya Sempurna), yg pernah beliau turunkan selagi menitis dengan nama Aji Saka (Sepahit Lidah).
2. Sesuai dengan situasi dan kondisi pada waktu itu penyebaran (Mubaligh) Islam kebagian Sumatra bagian selatan khususnya. Malahan selagi beliau masih ada di Majapahit beliau adalah seorang AdiPati (pangeran Adipati Aria Negara) di suatu daerah. Disamping sebapai mubaligh Islam untuk sebelah barat Majapahit dengan nama Syekh Haji Syarif Al_Zikrullah. Jadi sebagai wali (Mubaligh) di Majapahit ada dua salah satunya ialah Maulana Malik Ibrahim untuk daerah sebelah timur Majapahit. Dibelakang nama itu ada Al_Zukrullah mengingat beliau adalah titisan Nabi Khaidis As /Aji Saka yg kembali mengemban tugas memperingatkan manusia HIK (falsafah jaya sempurna) sesuai dengan sumpah/pertanda yg ditentukan menjelang sebelum kembali ke alam gaib (pusaran laut/putaran tasik) Zaman Aji Saka dahulu. Ada pula beliau di sebut Syekh Haji Syarif Nakhoda, karena beliau pernah di tugaskan dalam rangka mendeskriditkannya oleh Prabu Wikrama Wardhana, berekspedisi ke aceh sebagai Laksamana /pemimpin armada ekspedisi itu. Beliau terus menerus dideskriditkan dengan berbagai cara setelah perang Paregreg.

Di Sumatra selatan banyak Dongeng-dongeng Si Pahit Lidah (Aji Saka / Sang Hiang Rakian Sakti) yg berbau Hindu, seakan-akan beliau itu orang Hindu tok, malahan orang Jawa mengatakan Aji Saka menurunkan hukum hindu pada tahun 78 Masehi. Sebenarnya yg menurunkan hukum hindu yg pertama di tanah jawa adalah Prabu Niska (si mata empat), sedangkan Aji Saka (Si Pahit Lidah) menurunkan HIK (Falsafah Jaya Sempurna) tahun 38 Masehi di Nusantara (Aji Saka). Dongeng lain Sang Hiang Rakian Sakti di kenal dengan nama Raden Mas Panji dan Serunting Sakti.
Maka masuknya Agama Islam melalui tokoh-tokoh dari Sang Hiang Rakian Sakti/Pangeran Jaya Negara telah menyebabkan Suku Abung, Kubu menyingkirkan pedalaman (istilah sekarang). Sebenarnya bukan ke pedalaman (Palembang) dalam suku-suku itu memang penduduk asli/tetap di pedalaman Sumatra bagian Selatan. Suku-suku tersebut dan suku-suku lainnya di pedalaman Sumatra bagian selatan(pusat kerajaan saka) sebelum masuk Islam hidup mereka berpindah-pindah (berkubu-kubu) antaralain suku Abung yg terbanyak disekitar kubu tanah (Goa Abung). Jadi suku kubu di sebut kubu bukan nama baru tetapi telah lama dijuluki pada mereka (termasuk Abung) karena cara hidup mereka berptualang, sunggupun demikian pada mulanya mereka beragama Animisme gaya baru dimaksud diatas yg kemudian sedikit sekali di pengaruhi Agama hindu.
Menurut istilah masyarakat lampung sekarang mereka berasal dari dataran tinggi Pesagi, malahan nenek moyang mereka dikatakan dari Pagar Ruyung (sebenarnya dari Asal Raja Skala Berak). Daerah Pesagi (skala berak) sebenarnya masih daerah Danau Ranau dan sekitarnya atau dengan kata lain daerah tersebut di simpulkan dengan istilah pusat kerajaan Saka atau dataran tinggi bukit barisan sebelah selatan. Agama islam di daerah lampung sekarang pengaruh kerajaan Aji sai sejak tahun 1427 atau sebelah selatan Haji Seragi (Naga berisang /putri si darah putih) sebelah utara dari daerah aji sai tengah yg kemudian harinya (1703) dinamai daerah Komering. Adapun yg menyebutkan bahwa Agama Islam di lampung sekarang pengaruh Minang Kabau adalah sedikit kemungkinan kalau ada hanya di Bengkulu sebelah utara dan daerah Jambi sekarang.
Sebenarnya kerajaan Jaya Abadi (Aji Sai) melalui masa Pangeran Pulun (Prabu Muda) telah mempengaruhi daerah Minang (Bundo Kandung) dalam pembinaan adat disana yg juga dalam penasehat/berlandaskan (berpedoman) pada Falsafah Jaya Sempurna 1575. Sampai sekarang kursi singgasana Raja Aji Sai sebagai tanda pengenalan adat Pagar Ruyung di juluki "Teras Jelatang". Orang minang telah menyatakan bahwa balai adat mereka bertiang Tareh Jelatang. Jadi jelas bahwa hukum adat minang dibina dengan pedoman (Teras) Falsafah Jaya Sempurna dari pemilik kursi Singgasana (Prabu Muda). Mengenai Agama Islam daerah itu, sebelumnya masuk dari sebelah Aceh dan lain-lain.
Pada suatu ketika pusat kerajaan Aji Sai /Jaya Abadi dikuasai Mataram /Jawi (1703) maka putuslah Lampung dengan pusatnya Tanjung Jati (Saka Aji) akibat Ratu-ratu (Demang) menbentuk suatu dewan disebut dewan Ratu-Ratu Lampung, yg diketuai oleh Ratu menggala. Pada saat Ratu menggala memihak kepada Banten, maka pecahlah dewan itu sehingga daerah Ratu-Ratu tersebut di namai Lampung hingga sekarang (1705) Ratu dan rakyat Pesagi khususnya didaerah Skala Berak umumnya (Krui) tidak mau di sebut suku Lampung. Setelah Banten menguasai Lampung, maka Sultan Hasanudin telah dapat menguasai daerah Selebar (Skala Berak) yg diterimanya dari Raja Indra Pura (Minang) Pemberontakan Raden Intan (1779-1790 di Lampung sekarang dilakukan oleh keturunan Ratu Darah Putih, (bukan putri darah putih) yg menjadi cikal bakal Raden Intan. Pada suatu ketika tiba-tiba muncul seorang feri disuatu desa Sukaraja /palas yg bersangkutan adalah Raden Intan membentuk suatu pasukan dan mengadakan pemberontakan terhadap Belanda. Sebenarnya beliau adalah utusan Pangeran Embo untuk mengadakan perlawanan terhadap penjajah, waktu itu Pangeran Embo adalah Raja di daerah Haji (Saka Aji) yg telah di taklukan oleh sultan Palembang dengan bantuan Belanda (1778). Dengan adanya pemberontakan Raden Intan itu maka Belanda memperketat penjagaan di Buay Haji (pusat kerajaan Haji/Saka Aji), takut kalau saka Aji/Haji bangkit kembali mengadakan perlawanan.
Setelah pemberontakan Raden Intan dan lain-lain gagal banyak orang sakti mundur ke hutan (ulu). Dan menghilang di sana, sementara itu keluarlah suatu Motto, bahwa di daerah Haji Seragi akan makmur bila di duduki dua belas suku, maksud dari dua belas suku itu adalah kiasan dari daerah Buay Haji, bahwa Buay Haji itu di juluki suku-suku disekitarnya mempunyai dua belas (12) bahasa, karena dalam bahasa haji banyak kata-kata berbagai bahasa (dua belas bahasa). Pasukan Raden Intan terasnya adalah orang Buay Haji. Mundurnya pasukan itu ke daerah pedalaman (Hulu) sebagian dari mereka berbentengkan kesaktian. Kemudian hari Banten itu menjelma sebagai perkampungan (Siluman) gajah di daerah Raja Basa/seragi hingga sekarang. Cikal bakal Raja Skala Berak berasal dari Pagar Ruyung, keturunan Putri Kayangan dan Kua Tunggal berdiam di Skala Berak. Masa cucunya Serunting mereka mendirikan keratuan pemanggilan. Umpu Serunting ini menurunkan Indra Gajah (Ratu Gajah) Buay Abung, Belungguh Buay Peminggir, Pa'lang Buay Pubiyan Pandan telah menghilang dan sedangkan ada di Suka Ham(??). Diperkirakan pada masa (1435) daerah Palembang (musi/banyu asin sekarang) dikuasai Malaka/China di rebut dari Adipati Sekandar Alam (Aji Sai), juga daerah pesisir Jambi dikuasai Malaka/china itu. Islam masuk ke Lampung sekarang, dari Banten oleh Fatahilah (sunan gunung jati), memasuki Labuhan Meringgai sekarang di keratuan Pugung disekitar tahun 1525. Sebelumnya sudah ada pengaruh Islam dari Haji Seragi(1422). Dari perkawinan Fatahillah dengan Putri Sinar Alam anak Ratu Pugung, lahirlah Minak Gajah Ratu yg kemudian menjadi Cikal bakal Keratuan Darah Putih.

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
Template by : kendhin x-template.blogspot.com