Jumat, 16 September 2011

Ratu Adil

Adat perpaduan dibentuk abad ke 17 (kira-kira tahun 1648) oleh empat Buay, Buai Munyai (Unyai), Minak Trio Disou si Way Abung, Buay Munyi (Unyi) Minak Ratu di gunung sugih. Buay Muban(uban) di Way Batang Hari dan Subing (Ubin) di Terbanggi/Labuhan Meringgai. Adat pepaduan ini masih ada pengaruh hindu/budha dan diadakan di Goa Abung (Kubu Tanah) di kota batu (ranau) dekat perbatasan Buay Ubin. Disana masih ada batu (korsi) 5 buah sidang tersebut. Adat perpaduan ini di bentuk prakarsa dari saka aji (haji). Pangeran Sang Aji Malihi yg waktu itu berada didaerah pedalaman Lampung sekarang dalam kuasanya. Pada suatu saat ketika sidang akan dilakukan, Pangeran Sang Aji Sai Malihi terlambat datang karena beliau terlebih dahulu menjemput adik angkatnya Bulan (putri Bajau Sakti/Raja Junggut) di kenali/pesagi untuk di ajak kesana.
Tepat waktu sidang diadakan baru datang Ratu Adil (Pangeran Sang Aji Malihi) dan perempuan adik angkatnya bulan. Lalu bulan bertanya sidang apakah ini????. Bulan tidak di kenal oleh ke empat Buay (utusan) lainya. Dan dijawab untuk membentuk Adat. Ke empat bersaudara melihat Bulan merasa tertarik sehingga sidang dibubarkan karena terjadi keributan antara mereka. Untuk mengatasi keributan itu maka Ratu Adil memutuskan bahwa Bulan dijadikan adik bungsu(angkat) dari mereka. Setelah mereka meninggalkan daera Goa Abung menyebarkan adat tersebut ke daerah pedalaman Lampung sekarang. Buay munyai pada puluhan tahun hanya mengetahui bahwa sidang adat pepaduan hanya diadakan di daerah Munyai. Sebagai Raja Hukum, Pangeran Aji Sai Malihi di juluki Ratu Adil.
Buay Bulan (Magou Pak Tulang Bawang) permulaan abad ke 17 (kira-kira 1648) suaminya adalah Minak Seng Aji (dari bugis) yg julukannya diambil dari kakak angkatnya yaitu Pangeran Sang Aji Malihi (Ratu adil). Empuan Piyo adalah keturunan Buay Bulan di Buay Aji (Tulang Bawang Tengah). Makam Sang Aji/Bulan ada di belakang Camat Bawang/menggala.
Diantara keturunan Raja Junggut (Bajau Sakti) adalah di Kayu Agung turunan Abung Bungmayang dari keturunan Mokudum Muter di Marga Abung (Selagai Kunang/Abung Barat sekarang).
Minak Paduka Bagaduh tewas oleh kepala perampok Raja di laut. Putra-putra Minak Paduka Bagaduh mengadakan pertahanan, munyai di Way Abung /Way Rarem. Munyai di Way Seputih, Muban (suaminya) di Way Batang hari dan Subing di Way Terusan. Subing telah membalas dendam ayahnya dengan membunuh kepala perampok itu.
Minak Paduka Bageduh makamnya di Canguk Gateak (Ulok Rengas) Kecamatan tanjung raya Bukit kemuning.
Daerah 5 buay dan buay -buay lainya di Lampung sekarang, kecuali lampung sebelah selatan dan bengkulu sebelah utara bertakluk kepada Saja Aji Sai tahun 1640 (pangeran Sang Aji Malihi). Minak Maselem dari way munyai putra minak paduka (Ratu Gajah) bergabung dengan Banten(1680) karena terjadi perselisihan di antara cucu Minak bedeguh.

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
Template by : kendhin x-template.blogspot.com