Jumat, 16 September 2011

PERANG PEMATANG JERING, BILAH-BILAH PAUH SAKA AJI (1860-1875)

Pada suatu ketika pangeran Mas Lebung meninggal dunia maka seluruh anaknya bermufakat siapa mau di utus untuk mengambil Piagam pengangkatan Pangeran Bakal yg keadaan mentalnya Loyo (tolol) dan hampir di seluruh kesultanan Palembang terjadi huru-hara terutama jalan di palembang sulit untuk di tembus. Di tunjuklah Pangeran Tambuh adik bungsu mereka yg memang seorang pahlawan dari kesultanan masa terjadi perang di kota palembang. Seorang pahlawan lainya adalah Agung Tama. Dengan membawa mandat Pangeran Tambuh sambil bertempur /membasmi para pengacau akhirnya daerah menuju Palembang aman, berita ini sampai ke telinga Sultan. Sesampainya Pangeran Tambuh menghadap Sultan maksud dan tujuannya di sampaikan, hasilnya Beliaulah diangkat menjadi Raja Haji (Piagam 1229 Hj./tahun 1812 masehi) sejak itu Sultan Pangeran Badarudin banyak mengetahui sejarah Haji Sakti sehingga tergeraklah Sultan untuk meniru Raja Haji untuk membentuk Adat (Hukum Adat) bersama-sama Pangeran Tambuh.
Hukum adat itu di bukukan dengan nama Simbur Cahaya hingga sekarang rakyat Buay Haji menyebut Simbur Cahaya tersebut adalah adat Buay Haji. Pada saat Sultan Badarudin di buang oleh Belanda (1821) maka pangeran tambuh (1825) memerdekakan diri karna tidak bersedia beralih pada belanda, sejak kesultanan Palembang dihapuskan perlawanan Rakyat dipedalaman terjadi. Kerajaan Tanjung Jati (Saka Aji) terlibat pertempuran melawan Belanda terutama terbesar peperangan di Pematang Jering, bilah-bilah (dua kali) dan yg terakhir di Pauh (Suka Bumi).
Sejak kemerdekaan Saja aji sampai perang di Pematang Jering Belanda tidak mengutik Saka Aji kecuali ada perang kecil-kecilan. Dalam peperangan pematang jering banyak sekali belanda mengerahkan serdadu Bumi Putra antara lain Suku Jawa, namun seorang hulu balang yg bernama Ratu Pemanggilan dengan tangkas dan gesit laksana terbang diatas pundak-pundak musuh mengibas-ngibaskan pedangnya. Medan peperangan berobah merah oleh darah. Sebelumnya Ratu Pemanggilan melakukan peperangan, telah di nasehati oleh Agung Utama untuk tidak perang dengan alasan bahwa sedangkan Pahlawan Palembang yg sanggup mencabut batang kelapa dapat dikalahkan Belanda diantaranya Adalah Raden Alit. Dengan perang ini Belanda terpaksa pulang kepalembang dengan menderita kekalahan, kira-kira lima tahun kemudian belanda kembali lagi mengerahkan serdadunya secara besar-besaran dan terjadilah pertempuran sengit di Bentong Bilah-Bilah. Dalam peperangan ini belanda juga mengalami kekalahan, beberapa tahun kemudian kembali belanda mengerahkan pasukan ke bilah-bilah yg setelah mengalami pertempuran yg sangat dahsyat pasukan pangeran Tambuh terdesak dan mundur mempertahankan diri di Benteng Pauh. Kekalahan dalam perang ini disebabkan oleh pangeran Jimat (pemberontak) telah ikut membantu belanda sehingga pasukan-pasukan Pangeran Tambuh tertikam dari belakang.
Dalam perang pauh ini masih dipimpin oleh Ratu Pemanggilan karena Panglima Kaya pada waktu itu sedang pantangan untuk bertempur (istrinya masih hamil). Dalam perang ini banyak Hulu Balang tidak kurang dari sembilan orang di antaranya adalah putra Pangeran Tambuh yakni Ria Mutor, Ria Ngica dan Gimbar Alam. Benteng Pauh terkepung oleh Belanda tetapi tidak bisa masuk mengingat benteng tersebut dikelilingi jurang dan parit-parit serta bambu-bambu Aur. Setelah cukup lama pasukan pangeran Tambuh terisolir, maka berita ini di sampaikan rakyat kepada Pangeran Banyak (kakak Ria Mutor lain Bapak) yg sedang di ajungkan (diasingkan) karena mengidap penyakit menular. Sesampainya berita itu pada beliau rakyat tersebut diutus untuk menemui belanda bahwa beliau sanggup untuk menerobos kedalam benteng, dengan perjanjian beliau diangkat menjadi pangeran, sedangkan pangeran tambuh serta anak-anaknya tidak di tawan belanda tetapi mereka itu menjadi tanggungan beliau (jaminan). Perjanjian di terima Belanda maka di songsonglah pangeran Banyak dan di bawa kebenteng. Sebelum berangkat badan pangeran banyak oleh suatu keajaiban dijilati oleh harimau, maka penyakit yg diidap segera sembuh seketika. Sesampainya di tepi jurang/benteng beliau memerintahkan menebang yg langsung roboh kedalam benteng . Pohon itu menjadi jembatan Belanda, maka pertarungan sengitpun terjadi lagi. Dikedua belah pihak bergelimpanganlah manyat-manyat manusia laksana jamur kena hujan. Sebelumnya serdadu Belanda telah mengenali Pangeran Tambuh dan putra-putranya atas petunjuk pangeran Banyak. Melihat serdadu Belanda makin banyak maka dalam keadaan gawat itu Ratu Pemanggilan diperintahkan keluar dari Benteng untuk menyusun kekuatan baru di tempat lain.
Ratu Pemanggilan memotong daun lontar dan laksana terbang beliau turun kejurang dengan daun lontar tersebut.
Setelah perang selesai keluarga Ratu Pemanggilan mendapatkan baju perang dan cincinnya di rumah dan meninggalkan pesan bahwa suatu saat nanti Haji akan hidup kembali, kemudian beliau pergi kearah Krui. Pada masa Revolusi 1945 orang Desa Sukarami menganggap Kapten Dani adalah Ratu Pemanggilan yg hidup kembali. Setelah Sukarami/Aji memasang Bedil Meriam Pusaka Ratu Pemanggilan yg berumpan peluru sakti diarahkan ke pertahanan Belanda (nica) maka sejak tembakan itu Belanda tidak bisa masuk kedaerah Buay Haji. Setiap Belanda melewati front simpang Haji atau Buay Haji seakan-akan melihat lautan didepannya dan urunglah melanjutkan perjalanan. Bedil dan meriam tersebut didapat kemudian setelah perang pauh selesai melalui petunjuk dari alam gaib (petemun). Berdasarkan petemun itu dicarilah benda tersebut disekitar benteng pauh. Mula-mula ditempat yg ditunjuk dilihat seekor ular yg besar sehingga sipenerima tidak berani untuk mengambilnya. Berkali-kali petunjuk itu diberikan akhirnya diberkahi (dipinta) atau disedekahi. Setelah selesai dengan menggunakan kain putih, ular tersebut diterpa maka ular tersebut berubah menjadi Bedil Pusaka. Pelor (anak dari bedil) dan meriam itu bisa di tembakan beberapa waktu kemudian kembali lagi, antara lain melalui petemun juga (pemberitahuan). Menurut dengan riwayat Bedil dan Meriam itu pemberian dari alam gaib (sang hiang rakian sakti) yg maksudnya supaya digunakan untuk perlawanan terhadap Belanda pada saat itu.
Kemudian pada akhirnya penyerahan kedaulatan terhadap Kapten Dani mensteling letda Asnawi Mangku Alam sehingga yg bersangkutan lari menyerahkan diri pada Belanda, penyerbuan itu (steling) disebabkan Asnawi Mangku Alam dan kawan-kawannya memeras, menindas rakyat haji dengan mengumpulkan hasil bumi kopi dengan paksa untuk kepentingan pribadi mereka dan setiap orang dicurigai tanpa di adili dipotong (dipancung) dan sebagainya dilikuan sembilan. Rakyat buay haji sangad menderita serba salah berjuang ataupun tidak, padahal dengan melalui bedil pusaka itu pada hakekatnya rakyat buay haji mempunyai jasa terhadap negara.
Selesai perang Pauh laskar ditahan Belanda ditempatkan di Desa Tanjung Raya sekarang, sedangkan Tanjung Jati berada di seberang sungai tahun 1875. Tiga hulu balang dari sukarami di bawa belanda ke kalimantan untuk ikut memadamkan pemberontakan Banjar dengan syarat setelah selesai mereka dipulangkan (dibebaskan) tiga hulu balang tersebut dijuluki Layang Negeri, Gimbar Batin dan Layang Batin. Selain tiga hulu balang itu ada empat hulu balang yg dibawa Belanda ke Banjar tetapi mereka meninggal dunia di sana. Ratu pemanggilan tersebut bernama Kaya. Pada zaman Si Kuncet Besi ada Ratu Pemanggilan yg tidak kalah kesaktiannya dengan Ratu-Ratu kemudian di juluki Pemanggilan 1 (belangan) Ratu pemanggilan kira-kira zaman Pangeran Sang Aji Malihi berjuluk Ratu Kubu Sawangan yg telah menghilang. Putra dari Supartung di Haji (aji sai) adalah pangeran Hujan Terima Sakti dan pangeran Sang Aji Menang. Kemudian harinya atas perbuatan Pangeran Banyak sangat disesalkan oleh Ria motor adik beradik. Karna perbuatannya dianggap baik maka pangeran Banyak bersedia menyerahkan kedudukannya Pangeran pada Ria motor, tetapi beliau tidak bersedia menjadi pangeran Belanda. Akhirnya Pangeran Banyak menawarkan akan memelihara putra Ria Motor (Jamil) dan Jabatan pangeran akan diserahkan pada Jamil tersebut, tetapi Ria Motor tidak percaya hal ini terbukti di kemudian harinya bahwa kedudukan Pangeran (Pasirah/Regent Schap) terpaksa direbut oleh Rebudin putra Pangeran Banyak sungguhpun hanya Pasirah saja. Setelah Jamil dewasa Banyak mencarikan gadis untuk istrinya, tetapi Ria Motor ayah kandung Jamil tidak menerimanya.
Maka untuk menghilangkan pertentangan, gadis carian Ria Motor dikawini pula. Sesuai dengan adat raja-raja maka istri carian ayahnya berkedudukan Ratu (melahirkan putra mahkota) jadi istri-isteri Jamil tersebut bergelar (Amai) Ratu Banjar dan Banjar.
Kerajaan Tanjung Jati (Saka Aji) sejak membebaskan diri /mereka sebenarnya tidak pernah dijajah Belanda. Pada perang Pauh itu Pangeran Banyak juga mengadakan perjanjian supaya Pangeran Jimat di gantung sebagai penghianat.
Dalam tahun 1907 semasa Pangeran Jamil Martabaya VII masih berumur kira-kira 6 tahun, beliau berjalan dengan bapaknya Kidul/ Abu Bakar. Tiba-tiba beliau melihat suatu benda berkelap-kelip kena sinar matahari turun kebawah. Asal mulanya sebesar ringgit kian lama kian besar akhirnya tegaklah seorang Haji sambil berdiri lalu tersenyum Haji tersebut melihat beliau tiba-tiba menghilang dari pandangan. Dengan heran beliau menanyakan masalah ini pada Bapaknya di manakah Haji tersebut. Sambil menunjuk tepatnya berdiri. Tidak tau karena orang tua itu tidak melihat kalau depan mereka ada orang. Atas kejadian tersebut Kidul/Abu Bakar menyatakan yg turun tersebut adalah Nabi Khaidir As (Sang Hiang Rakian Sakti / Pangeran Surya Negara) peristiwa gempa bumi tahun 1933 di sumatra bagian selatan (sekitar Danau Ranau) adalah suatu peringatan (penggugah) dari Naga Sakti/Nabi Khaidir As (Aji Saka/Sang Hiang Rakian Sakti).
Tidak heran kalau rakyat setempat pada waktu itu mengatakan bahwa gempa di lakukan oleh Ular besar (Naga Sakti). Kejadian itu sifatnya mengingatkan pada hukum inti keTuhanan dan penurunan kembali hukum itu tak berapa lagi.
Pada zaman Wilhelmina pernah terjadi peperangan antara Belanda dengan Jerman (1939) suatu ketika dilihat oleh Belanda ada orang terbang di udara memberikan bantuan pada pasukan Belanda. Setelah orang tersebut di tanya, maka yg bersangkutan memperkenalkan dirinya berasal dari Haji (Saka Aji) Indonesia. Kemudian diperintahkannya Wilhelmina untuk menyelidiki orang tersebut di Haji (Saka Aji).
Datanglah utusan Belanda kesana, tidak lain yg mereka tuju adalah makam (ciri) Sang Hiang Rakian Sakti/Pangeran Surya Negara. Orang belanda diiringi oleh keturunan beliau dari Desa Tanjung Raya (Saka Aji) antara saudara Mansur B, Kasim, tiba-tiba sewaktu akan menyeberang sungai kecil (2 meter) lebarnya dan dalamnya batas lutut orang-orang Belanda tersebut berenang seakan-akan menyeberangi lautan. Akhirnya mereka minta pulang saja karena anggapan mereka lautan tersebut tidak keseberangan.
Selanjutnya bahwa seorang dukun wanita (ahli kebatinan) di bogor pernah memanggil saudara Anwar Armada peranteraan utusanya. Pada waktu itu saudara itu bertugas sebagai Letnan II zeni AD. Saudara itu tidak pernah mengenal dukun itu sebaliknya yg bersangkutan mengenalnya sebagai orang/berasal dari Haji (Saka Aji). Setelah saudara itu di panggil memenuhi panggilan dalam percakapan saudara tersebut menanyakan apakah dirinya keturunan dari Banten. Dukun tersebut permisi pergi kedalam sebab akan melaksanakan sholat (Hajat) dulu. Setelah keluar lagi lalu memberikan segelas air yg manis rasanya, sesudah diminum tiba-tiba dukun tersebut sujud dilutut saudara itu, sambil menyatakan bahwa beliau adalah keturunan dari kepala mereka (Raja Alam Gaib/ahli kebatinan), yg oleh orang Jawa umumnya menyebut Sang Hiang Rakian Sakti/Pangeran Surya Negara adalah kepala keramat seluruh Majapahit dahulu/nusantara.

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
Template by : kendhin x-template.blogspot.com