Jumat, 16 September 2011

Riwayat Haji Abdullah

Pada suatu ketika Haji Abdullah telah membunuh seseorang disuatu perkelahian dengan tidk sengaja, karena takut kena tangkap dan penuh penyesalan yang bersangkutan lari dan sampailah kepinggir pantai (Muara Sungsang) ?. Ditengah laut dilihatlah ada kapal lewat tidak jauh dari pantai. Dengan tekad yg habis berserah diri pada Tuhan Yang Maha Esa beliau berenang/terapung-terapung ditengah laut, maka nakhoda kapal mengangkat terus membawanya kedaratan Semenanjung Melayu.
Menurut setengah riwayat berjalan diatas laut menuju kapal. Dengan tekad yg bulat Haji Abdullah pergi berjalan kaki menuju Tanah Suci Mekkah. Disuatu padang pasir disana beliau diserang pasukan perampok tanpa sebab dipenggallah lehernya. Mungkin hal itu terjadi karena perampok penasaran tidak menemui harta pada dirinya. Haji abdullah cukup sadar (mengetahui) bahwa kepalanya telah terpisah dengan badannya. Setelah para perampok pergi tiba2 atas izin Tuhan Yang Maha Esa kepala beliau tersambung kembali sehingga hidup kembali dan timbul keheranan pada diri beliau.
Pada saat dipadang pasir juga, jauh dari tempat musibah, tiba2 terdengar suara dari atas langit memanggil namanya. Dengan merasa heran dan tak melihat rupa sipemanggil maka beliau meneruskan perjalanan ke Mekkah.
Seusai menjalani naik haji,maka terasalah bahwa dirinya telah menjadi wali Allah, maka teringatlah beliau bahwa yg memanggil namanya sebenarnya adalah Nabi khaidir as, (aji saka/sang hiang rakian sakti). Rupanya selama dalam perjalanan ketanah suci senantiasa dibayangi Sang Hiang Rakian Sakti. Adapun Haji Abdullah berasal dari desa Sukabanjar dan kawin atau semenda pada keluarga keturunan Raja Aji Sai di desa tanjung raya.
Sepulangnya beliau ke Tanjung Raya, lama sekali barulah masyarakat mengetahui bahwa beliau telah menjadi Wali Allah.
Suatu ketika Suatu mesjid di Desa Tanjung Raya (Saka Aji) para hadirin mengajukan permintaan untuk membuktikan apakah benar2 beliau itu seorang wali Allah. Masyarakat mengajukan usul supaya beliau mengambil buah korma dari mekkah dan membawanya kesananya. Dengan sekita beliau menghilang dari pandangan seperti halnya seorang Wali Allah dan dalam sekejap saja kembali menyerahkan buah korma dari mekkah . Sejak itu percayalah masyarakat disana bahwa beliau telah menjadi Wali Allah, malahan setiap jumat beliau sembahyang di mekkah (MasjidilHaram) .
Kemudian harinya disaat beliau berpulang pada hadirat Allah beliau berpesan supaya tubuhnya dimakamkan didesa Sukabanjar, tetapi masyarakat desa Tanjung Raya tidak melaksanakanya, sewaktu kuburannya digali dan tubuhnya akan di kebumikan, maka tiba2 keluar air dari dalam lubang kuburan, terpaksa kuburan baru digali lagi, tetapi keadan sama, setelah beberapa kali kuburan baru digali tetapi masih tetap sama , maka akhirnya tubuh beliau dimakamkan didesa Suka Banjar sesuai pesannya.
Khususnya di Cirebon, Naga Sakti/ Nabi Khaidis As, dikenal sebagai Aji Saka yang pernah memberi pernyataan bahwa Nabi Isa, bahwa 600 tahun sejak waktu itu akan muncul Nabi Akhir Zaman, malahan beliau pernah menjelma (menyamar) sebagai sinterklas, memberi peringatan kepada umat nasrani supaya hidup dengan rasa kasih sayang jika ingin hidup/menjadi manusia mulia (Jaya) dan sempurna ai akhirat hanya saja umat itu salah menafsirkan.
Dengan adanya pernyataan Nabi Khaidir As (Naga Sakti/Aji Saka) itu beliau telah mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW lah yang dapat memberi petunjuk dimana beliau berada (bersemayam) yg mengemban tugas memperingatkan manusia pada H.I.K. (Falsafah Jaya Sempurna) sepanjang zaman. Jadi pada hakekatnya Nabi Muhammad SAW telah menunjukan Zaman bahwa H.I.K itu akan turun kembali di tempat semula.
Ramalan mengenai Kendedes pada hakekatnya dorongan Nabi Khaidir As (aji saka) dalam rangka penurunan kembali H.I.K melalu keturunan Kendedes yg akan menggali H.I.K itu. Malahan Nabi Khaidir As (Aji Sai) sendiri turun sebagai Santy/Sang Hiang Rakian Sakti melalui keturunan Kendedes itu yakni Hiang Wekas Ing Suha (Hiang Jagad Prabu) dan putri Raja Kediri Wirabumi.
Ramalan Prabu Jaya tak obahnya seperti ramalan Kendedes, menjurus mengingatkan H.I.K (Falsafah Jaya Sempurna) dan tempatnya (kesatuan Nusantara). Dalah hal ini bahwa H.I.K itu memang berlambang Matahari (cahaya kehidupan). Jadi tidak heranlah jika bangsa Jepang menganggap bangsanya adalah sebangsa dengan Indonesia/Nusantara (Asia Timur Raya). Sebagaimana terurai diatas (Bentuk KePercayaan) bahwa kepercayaan daerah Sengang/Sekalom (Nusantara) adalah kepercayaan pada Nabi Khaidis As /Naga Sakti sebagai raja Alam Gaib /Dunia yang hidup sampai Hari kiamat dan selanjutnya disebut Masyarakat setempat (antara lain Lampung Sekarang) dan suku sunda dengan nama Sang Hiang Sakti, raja khayangan(Alam Gaib/Dunia) atau "Gung Binathara Bau Denda Nyakrawati". Jadi kebudayaan Naga Sakti /Matahari (Falsafah Jaya Sempurna) telah berpengaruh sebelum abad 1 Masehi pada Bangsa Jepang yang mengabadikan Falsafah Jaya Sempurna/Matahari sebagai lambang Bangsanya. Dewa Amaterazu Omikami yg disebut bangsa Jepang itu pada hakekatnya adalah Nabi Khaidir as/Naga Sakti, setidak-tidaknya Omikami penganut utama Sang Hiang Sakti atau Dewa Matahari menurut istilah Jepang. Hanya saja ajaran-ajarannya telah banya perubahan karena pengaruh zaman, tetapi intinya tetap berkiblat pada matahari (cahaya kehidupan) atau raja alam gaib/Dunia.
Ramalan Prabu Jayabaya mengenai akan datang Perang Bharata Yuda sangat erat hubungannya dengan HIK (Falsafah Jaya Sempurna) karena Peristiwa itu dititik beratkan di jawa(Nusa Kendeng) di tempat mana Prabu Niska (Si Mata Empat) lari (Melayu) bersama pengikutnya dan menurunkan agama Hindu/Hukum kastaisme di Nusa Kendeng (jawa) tahun 78 masehi. Mengenai waktu zaman apa datanya Perang Bharata Yuda itu telah di sinyalir oleh Nabi Muhammad SAW dengan petunjuk terurai diatas. Bukankah orang cina adalah komunis mirip kezoliman/kastaisme. Maka jelaslah laten komunis dan kaum totaliter/Liberal gaya baru yang menjadi penyebab perang Bharata Yuda dalam perang itu mereka tidak kenal lawan dan kawan lagi. Jadi sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad SAW itu bahwa sebagai wasit dalam perang Bharata Yuda dan lain-lain adalah Nabi Khaidir as (Naga Sakti/Aji Saka/ Sipahit Lidah/Sang Hiang Rakian Sakti/Pangeran Surya Negara) yakni Hukum Inti Ketuhanaan (Falsafah Jaya Sempurna) yang akan di gali dari tenggelamnya pada tahun 80 masehi.
Sesuai dengan kedudukan Nabi Khaidir as /Naga Sakti sebagai memperingatkan manusia, maka petunjuk Nabi Muhammad SAW itu dan ramalan Prabu Jayabaya berkaitan satu sama yg lain mengenai situasi dunia saat ini, hanya saja karena HIK itu nabi Khaidir as/Naga Sakti bersemayam di pusan laut/putaran Tasik (Nusantara) maka titik penurunan kembali HIK itu di wilayah beliau sendiri yg tujuannya tetap untuk dunia /manusia yg pada umumnya sekarang sama ahlak/sewatak/perilaku dengan kaum zalim serta berbagai bentuk/fariasi gerak tindaknya.
Seperti kita ketahui semua perbuatan Nabi/Rasul adalah gerakan dari Tuhan Yang Maha Esa dan mempunyai tujuan mengenai sesuatu sungguhpun untuk masa umpama 1000 tahun yang akan datang atau perbuatan dan sebagainya wajib di contoh/diketahui. Untuk mengetahui itu,
semua yang dimaksud harus ditafsirkan dengan dasar jiwa ketuhanan.
Tidak ada perbuatan Nabi/Rasul (Aulia Allah) yg tidak baik atau bertujuan tidak baik. Demikian juga halnya Nabi Khaidir as (Naga Sakti/Aji Saka/Si Pahit Lidah) yg hidup sepanjang zaman dan mengemban tugas Tuhan Yang Maha Esa untuk memerintahkan manusia pada HIK (falsafah jaya sempurna) untuk manusia hidup bermasyarakat yg pada hakekatnya beliau adalah Rasul Sepanjang zaman. Dengan adanya persumpahan (pertanda) pohon maja dimana Aji Saka /Si Pahit Lidah akan muncul menurunkan kembali HIK itu yang kedua kalinya di Nusantara sebagai manusia suci/Rasul sepanjang zaman maka nabi khaidir as (naga sakti/aji saka) tetap akan menurunkan HIK di tempat semula dimana beliau sepanjang zaman bersemayam dan tetap hidup dalam kesucian.
Peristiwa saka tenggelam mempunyai makna yg tersirat bahwa akan diturunkan kembali HIK dizaman yg akan datang melalui keturunannya, hakekatnya di gali/penggalian. Peristiwa itu di latar belakangi karena HIK dihianati disebabkan bahwa masyarakat setempat kembali menjadi manusia biadab. Kerukunan dan damai telah di obrak-abrik yg titik beratnya bahwa kesejahteraan zohir dan batin tergoyah.
Di pandang dari segi ketuhanan bahwa cirinya bahwa manusia tidak hidup dalam kerukunan
dan damai adalah tergoyahkan kesejahteraan zohoir dan batin karena senantiasa /semata-mata bertujuan hidup duniawi saja saling gontok-gontokan dan sebagainya, karena jiwa yg tidak tentram dan selalu berperang batin tidak terdapat lagi ilmu (hukum/politik) untuk membina kesejahteraan batin itu. Segala sifat peperangan zohir dan batin adalah ciri2 manusia biadap dipandang dari Ketuhanan (Nabi Khaidir as/Aji Saka), yang utama sekali demi kerukunan dan damai harus membina /membangun kesejahteraan batin (ahlak/watak/prilaku) sebagai tujuan hidup. Dengan penghianatan kaum zalim itu, maka demi kesucian HIK disimpan dahulu (tenggelam) oleh Nabi Khaidir as (Naga Sakti/Si Pahit Lidah) untuk zamannya di gali kembali oleh keturunannya (penggali) untuk di hidangkan kembali di tempat semula, tetapi dari keturunannya sebagai keturunannya sebagai Sang Hiang Rakian Sakti/Pangeran Suryj Negara nantinya. Sebelum diadakan hukum pada kaum zolim itu (biadab) dalam rangka screening telah diselamatkan terlebih dahulu sebagai generasi penerus HIK (falsafah jaya sempurna) yakni Kasih Jaya/Keluarga yg kemudian di restui Nabi Khaidir as (Naga Sakti/Aji Saka/Sipahit Lidah) menjadi Raja Negeri Seriwijaya di siguntang. Nama Sriwijaya merupakan tugu/ mengabdikan baik HIK maupun Kasih Jaya supaya senantiasa diingat atau sebagai kompas untuk mengetahui HIK (falsafah jaya sempurna) di zaman datangnya.
Manusia di pandang dari segi Ketuhanan mahluk mulia dan sempurna tetapi yg berjiwa (hakiki ) kasih sayang yg digambarkan oleh Nabi Khaidir as (Naga Sakti/Aji Saka/Si Pahit Lidah) menjadi nama Falsafah Jaya Sempurna. Jadi raja kasih jaya dikiaskan dengan Raja Jayanan Jaya atau Seriwijaya. Di pandang dari segi landasan Negara maka Seriwijaya perobahan dari nama Falsafah Jaya Sempurna (HIK). Nama siguntang pertanda atau tugu sebagai kompas itu. Seguntang berarti, Se = Sang (Yang Mulia/Suci), Guntang = Tanda/Tugu, Guntang-Guntang = Pertanda, yang maksudnya bahwa dari bawah Guntang-Guntang itu akan timbul sesuatu yakni kebenaran Hukum (Falsafah Jaya Sempurna) yang telah tenggelam (Silam).
Sang Hiang Rakian Sakti di Juluki pula sebagai Raja Bahasa (Basa). Menurut riwayat pada suatu ketika beliau akan mencari seorang Permaisuri, untuk itu diadakan sayembara bahwa siapa yg bisa berbahasa Haji (Haji Sakti) pilihan akan jatuh pada yg bersangkutan. Berduyun-duyun Putri dari berbagai Negeri ikut dalam sayembara tetapi satupun tak ada yg pandai berbahasa Haji itu. Pada saat sayembara tiba2 muncullah seorang putri dari Pesagi (Skala Berak) yg keadannya berpenyakitan. Sang Hiang Rakian Sakti berdialoglah dengan putri tersebut agak lama, kemudian dinyatakan pilihan jatuh pada putri tersebut yg di juluki PUTRI BIDADARI ANGSA. Penyakit yg diidapnya dengan suatu kesaktian Sang Hiang Rakian Sakti sembuh dengan seketika. Dalam berdialog itu dilaksanakan dengan berbagai bahasa dan sangguplah putri tersebut melayani Sang Hiang Rakian Sakti berdialog. Hakekat bahasa Haji menurut Sang Hiang Rakian Sakti adalah bahasa yg terbanyak dikuasai rakyat, yg berarti semua bahasa itu bila berbaur melalui pergaulan antar suku, bisa timbul suatu bahasa tunggal sebagai bahasa persatuan. Berdasarkan sejarah ini bangsa menurut ilmu beliau adalah suatu kelompok manusia yang digolongkan serumpun bahasa bangsa menurut ketentuan ini tidak disebabkan oleh perbedaan kulit, golongan, agama dan lain-lain.

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
Template by : kendhin x-template.blogspot.com